Ekonom ingatkan pelemahan rupiah bisa persempit devisa
14 Desember 2022 20:33 WIB
Ilustrasi - Uang pecahan seratus ribu rupiah di atas uang dolar AS, Cash Center Bank Mandiri, Jakarta. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ed/pd/aa.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef Rizal Taufikurahman mengingatkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah bisa mempersempit devisa negara.
Saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu, ia menjelaskan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa melemahkan daya saing perdagangan sehingga memicu defisit perdagangan.
Defisit perdagangan, lanjutnya, akan memperkuat defisit neraca anggaran fiskal yang tentunya akan menurunkan devisa negara.
“Bahkan stok devisa akan semakin sempit,” ujar Rizal.
Lebih lanjut, kata dia, dampaknya akan menurunkan kinerja industri berorientasi ekspor, sehingga dapat memicu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) khususnya di sektor padat karya, seperti yang mulai terjadi.
“Selain permintaan ekspor turun, juga harga yang tidak bisa bersaing dan efisien. Pada akhirnya, kinerja industri yang notabene menyerap tenaga kerja, dan lambat laun akan mengurangi jumlah tenaga kerja,” kata Rizal.
Baca juga: BI perkirakan rupiah bakal menguat ketika ketegangan global reda
Selain itu, menurutnya, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga bisa membuat inflasi di dalam negeri tidak mudah dikendalikan karena laju kenaikan harga-harga barang yang sangat cepat.
Kemudian juga gairah dan permintaan barang di pasar global akan menurun seiring dengan gairah eksportir yang akan tertekan.
Dia menjelaskan melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan diantaranya, adanya kebijakan moneter taffering off secara agresif menaikkan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang menyebabkan capital outflow dari negara berkembang, dan adanya gap pasokan dan permintaan dolar AS. Selain itu real interest rate Indonesia yang kurang menarik investor dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Dia menyampaikan berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai rupiah diantaranya belanja produk-produk dalam negeri dengan menggunakan rupiah dan apabila memungkinkan membayar barang ekspor ke pasar dunia menggunakan rupiah.
Selain itu, kata dia, menjaga harga barang-barang dan jasa domestik agar tidak mudah inflasi.
Baca juga: Rupiah ditutup menguat, ditopang ekspektasi agresivitas Fed melambat
Saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu, ia menjelaskan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa melemahkan daya saing perdagangan sehingga memicu defisit perdagangan.
Defisit perdagangan, lanjutnya, akan memperkuat defisit neraca anggaran fiskal yang tentunya akan menurunkan devisa negara.
“Bahkan stok devisa akan semakin sempit,” ujar Rizal.
Lebih lanjut, kata dia, dampaknya akan menurunkan kinerja industri berorientasi ekspor, sehingga dapat memicu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) khususnya di sektor padat karya, seperti yang mulai terjadi.
“Selain permintaan ekspor turun, juga harga yang tidak bisa bersaing dan efisien. Pada akhirnya, kinerja industri yang notabene menyerap tenaga kerja, dan lambat laun akan mengurangi jumlah tenaga kerja,” kata Rizal.
Baca juga: BI perkirakan rupiah bakal menguat ketika ketegangan global reda
Selain itu, menurutnya, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga bisa membuat inflasi di dalam negeri tidak mudah dikendalikan karena laju kenaikan harga-harga barang yang sangat cepat.
Kemudian juga gairah dan permintaan barang di pasar global akan menurun seiring dengan gairah eksportir yang akan tertekan.
Dia menjelaskan melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan diantaranya, adanya kebijakan moneter taffering off secara agresif menaikkan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang menyebabkan capital outflow dari negara berkembang, dan adanya gap pasokan dan permintaan dolar AS. Selain itu real interest rate Indonesia yang kurang menarik investor dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Dia menyampaikan berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai rupiah diantaranya belanja produk-produk dalam negeri dengan menggunakan rupiah dan apabila memungkinkan membayar barang ekspor ke pasar dunia menggunakan rupiah.
Selain itu, kata dia, menjaga harga barang-barang dan jasa domestik agar tidak mudah inflasi.
Baca juga: Rupiah ditutup menguat, ditopang ekspektasi agresivitas Fed melambat
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: