Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah, mengatakan beberapa skenario percepatan pembayaran utang Indonesia kepada Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 7,8 miliar dolar AS masih didiskusikan. "Belum ada putusan," kata Burhanuddin di sela acara pengasapan (fogging) tergadap nyamuk deman berdarah dengue yang dilakukan Ikatan Karyawan BI di SDN 03 Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, Kamis. Burhanuddin menjelaskan kemungkinan-kemungkinan tersebut adalah membayar utang sekaligus, membayar dua kali atau membayar tiga kali. "Mana yang memungkinkan bagi kita," katanya. Skenario tersebut dihitung antara lain setelah melihat cadangan devisa dan juga pembicaraan dengan IMF. "Setelah kita hitung, setelah kita lihat, dan setelah didiskusikan dengan mereka (IMF) kemarin di Washington, kemudian kita hitung kemungkinan yang ada di diri kita. Dulu kita hitung saat cadangan devisa 39 miliar dolar AS. Sekarang sudah 43 miliar dolar AS," katanya. Ditanya apakah Indonesia tetap akan mempercepat pembayaran utang ke IMF jika lembaga itu tidak menaikkan suku bunga pinjaman, Burhanuddin tidak menjawabnya. Sebelumnya Burhanuddin mengatakan bahwa ia telah meminta IMF tidak menaikkan suku bunga pinjamannya, karena akan membebani negara peminjam sehubungan adanya usulan, yang bukan dari IMF, agar lembaga itu menaikkan suku bunga pinjaman untuk mengatasi kesulitan keuangannya. Ia mengatakan IMF saat ini kehilangan pendapatan akibat dua negara pengutang terbesar kepada lembaga tersebut, yakni Argentina dan Brasil, telah membayar utangnya. Dengan telah terbayarnya utang kedua negara Amerika Latin itu, menurut dia, maka pengutang terbesar kepada IMF adalah Turki dan Indonesia. Burhanuddin saat ke Washington beberapa waktu lalu telah menyampaikan masalah itu kepada IMF. Ia meminta agar bukan suku bunga yang dinaikkan. "Jangan bebankan kepada Indonesia dan Turki tapi kepada pemegang saham IMF . Pemegang saham IMF harus banyak partisipasi dalam pembiayaan," katanya. Berkaitan dengan percepatan pembayaran utang ke IMF, sebelumnya Deputi Gubernur Senior BI, Miranda S Goeltom, mengatakan, percepatan pembayaran utang Indonesia kepada IMF sekitar 7,8 miliar dolar AS hampir pasti dilakukan. "Rencana percepatan pembayaran utang kepada IMF masih terus dibahas karena sejak dulu itu sudah dibicarakan tapi arahnya akan dipercepat pembayarannya kepada IMF hampir pasti," kata Miranda. Ia menjelaskan, saat ini, cadangan devisa yang tersimpan di BI sangat tinggi sekali. Saat ini cadangan devisa sekitar 43 miliar dolar AS. Cadangan devisa tersebut naik karena cadangan devisa Indonesia per Maret 2006 mencapai sekitar 41,5 miliar dolar. Jatuh tempo utang Indonesia kepada IMF sendiri adalah pada 2010. Tunggi BI Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Boediono menyatakan agenda percepatan pembayaran utang kepada IMF masih harus menunggu kebijakan BI. "Intinya pertama-tama BI haruslah yang memutuskan ini. Kan uangnya di sana (BI) dan tidak dipakai di APBN," kata Boediono. Ia mengatakan BI akan menilai apakah percepatan pembayaran utang akan mendukung dan memang dibutuhkan oleh kestabilan ekonomi Indonesia. (*)