MKKI: Jumlah dokter spesialis diharapkan naik melalui program AHS
13 Desember 2022 21:04 WIB
(Dari kiri ke kanan) Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) Setyo Widi Nugroho, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi, dan Wakil Ketua Umum II Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mahesa Paranadipa Maikel dalam dalam "media briefing" di gedung kesekretariatan IDI, Jakarta, Selasa (13/12/2022). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) Setyo Widi Nugroho mengatakan bahwa program sistem kesehatan akademik (academic health system/AHS) diharapkan dapat meningkatkan produksi dokter spesialis menjadi tiga kali lebih cepat.
“Academic health system itu bagaimana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mempercepat produksi, menambah (produksi dokter spesialis). Dengan AHS itu diharapkan produksi dokter spesialis akan meningkat tiga kali lebih cepat,” kata Widi di gedung kesekretariatan IDI, Jakarta, Selasa.
Melalui sistem kesehatan akademik, Widi juga memperkirakan rasio dosen dokter spesialis meningkat dari satu dosen mengajar tiga mahasiswa dokter spesialis menjadi satu dosen mengajar lima mahasiswa dokter spesialis.
Baca juga: IDI dorong perhitungan formasi kebutuhan dokter spesialis di daerah
Ia menjelaskan program tersebut akan memberdayakan lebih banyak rumah sakit pendidikan milik Kemenkes dan mengangkat dokter klinik yang ada di rumah sakit pendidikan tersebut untuk menjadi dosen. Dengan demikian, diharapkan produksi dokter dapat terakselerasi dan tetap menjaga kualitas pendidikan dokter.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan pihaknya juga sangat mendukung akselerasi produksi dokter melalui sistem kesehatan akademik.
“SDM itu kita harus menghitung juga, percepatan itu tidak bisa kemudian kita ukur kuantitas saja, kita harus tetap perhatikan kualitas,” ujar Adib.
Baca juga: Menkes: Penambahan dokter spesialis RSUD bukti transformasi kesehatan
Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa akselerasi produksi dokter saja tidak akan bermanfaat apabila tidak disertai dengan distribusi yang baik. Dia memandang bahwa distribusi yang baik seharusnya mampu memberdayakan dokter di tempat yang semestinya.
“Kalau hanya berkumpul di satu tempat saja (di daerah tertentu saja), yang lain tidak kebagian, ya, tidak akan bisa itu. Berkumpul terlalu banyak (di satu tempat) juga akan menjadi suatu kompetisi yang tidak sehat di antara fasilitas pemberi layanan kesehatan dan dokternya,” kata dia.
Sebelumnya secara terpisah, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melalui keterangan resmi pada Selasa mengatakan bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis ketersediaan dokter spesialis.
Baca juga: Kemenkes dorong pertumbuhan dokter spesialis lewat beasiswa
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), upaya pemenuhan dokter spesialis itu dilakukan melalui sistem kesehatan akademik yang bertujuan memastikan lebih banyak dokter yang terfasilitasi untuk bisa mengenyam pendidikan dokter spesialis berbasis universitas (university based), serta didukung pula melalui pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit (hospital based).
“Academic health system itu bagaimana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mempercepat produksi, menambah (produksi dokter spesialis). Dengan AHS itu diharapkan produksi dokter spesialis akan meningkat tiga kali lebih cepat,” kata Widi di gedung kesekretariatan IDI, Jakarta, Selasa.
Melalui sistem kesehatan akademik, Widi juga memperkirakan rasio dosen dokter spesialis meningkat dari satu dosen mengajar tiga mahasiswa dokter spesialis menjadi satu dosen mengajar lima mahasiswa dokter spesialis.
Baca juga: IDI dorong perhitungan formasi kebutuhan dokter spesialis di daerah
Ia menjelaskan program tersebut akan memberdayakan lebih banyak rumah sakit pendidikan milik Kemenkes dan mengangkat dokter klinik yang ada di rumah sakit pendidikan tersebut untuk menjadi dosen. Dengan demikian, diharapkan produksi dokter dapat terakselerasi dan tetap menjaga kualitas pendidikan dokter.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan pihaknya juga sangat mendukung akselerasi produksi dokter melalui sistem kesehatan akademik.
“SDM itu kita harus menghitung juga, percepatan itu tidak bisa kemudian kita ukur kuantitas saja, kita harus tetap perhatikan kualitas,” ujar Adib.
Baca juga: Menkes: Penambahan dokter spesialis RSUD bukti transformasi kesehatan
Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa akselerasi produksi dokter saja tidak akan bermanfaat apabila tidak disertai dengan distribusi yang baik. Dia memandang bahwa distribusi yang baik seharusnya mampu memberdayakan dokter di tempat yang semestinya.
“Kalau hanya berkumpul di satu tempat saja (di daerah tertentu saja), yang lain tidak kebagian, ya, tidak akan bisa itu. Berkumpul terlalu banyak (di satu tempat) juga akan menjadi suatu kompetisi yang tidak sehat di antara fasilitas pemberi layanan kesehatan dan dokternya,” kata dia.
Sebelumnya secara terpisah, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melalui keterangan resmi pada Selasa mengatakan bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis ketersediaan dokter spesialis.
Baca juga: Kemenkes dorong pertumbuhan dokter spesialis lewat beasiswa
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), upaya pemenuhan dokter spesialis itu dilakukan melalui sistem kesehatan akademik yang bertujuan memastikan lebih banyak dokter yang terfasilitasi untuk bisa mengenyam pendidikan dokter spesialis berbasis universitas (university based), serta didukung pula melalui pendidikan dokter spesialis berbasis rumah sakit (hospital based).
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: