Perusahaan Kamboja siap kirim 20.000 ton beras ke Indonesia
30 Agustus 2012 10:35 WIB
Pemerintah Indonesia menandatangani kesepakatan pembelian beras dari Kamboja dengan volume 100.000 ton per tahun untuk jangka waktu lima tahun ke depan. (ANTARA/Nnovandi K Wardana)
Siem Reap (ANTARA News)- Sebuah perusahaan pengekspor beras Kamboja, Khy Thay Corp, menyatakan siap mengirimkan 20.000 ton beras ke Indonesia setelah penandatanganan kesepakatan pembelian beras sebanyak 100.000 ton per tahun antara kedua negara.
"Jika sudah ada pesanan dari Bulog, setiap saat bisa kami kirim. Anda lihat, di gudang kami stoknya ada. Untuk pengapalan pertama 20.000 ton kami siap," kata Direktur Utama Khy Thay Corp, Khy Thay, di gudang penyimpanan stok beras dan gabah perusahaannya di Provinsi Kampong Cham, Kamboja, Kamis.
Perusahaan yang memiliki lahan pertanian, fasilitas pengeringan dan penggilingan padi, serta gudang beras di Distrik Suang, sekitar 150 kilometer dari Kota Siem Reap, itu menunjukkan kesiapan mereka memasok beras ke Indonesia dengan mengundang wartawan dan Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan ke fasilitas produksi.
"Kami sudah mengantongi izin resmi dari Kementerian Perdagangan Kamboja untuk mengekspor beras ke luar negeri, termasuk ke Indonesia," kata Prof. Samnang Heng, penasehat Khy Thay Corp.
Sesuai dengan pasal 2 nota kesepahaman kerja sama pengadaan beras antara pemerintah Indonesia dan Kamboja, badan usaha milik negara Kamboja, Green Trade Corp, bersama dengan eksportir beras Kamboja lainnya akan menjadi pelaksana perjanjian tersebut.
Menurut Samnang Heng, Khy Thay adalah perusahaan keluarga yang didirikan sejak tahun 1930 yang membeli gabah dari petani, menggilingnya, lalu menjualnya ke Thailand dan Vietnam.
Pada 2008, pemerintah Kamboja secara resmi memberikan izin bagi perusahaan itu untuk mengekspor beras seperti ke Polandia, Uni Soviet, dan negara-negara Asia lainnya.
"Dalam empat tahun terakhir ini, kami menjadi perusahaan utama kamboja yang mengekspor beras ke Polandia, negara-negara bekas Uni Soviet, Belanda dan Jerman," kata pengajar sejarah Asia di Universitas Phnom Penh itu.
"Kami punya pabrik pengolahan gabah sendiri, lahan pertanian sendiri, disamping menampung hasil panen dari petani setempat," kata Khy Thay Jr, yang juga Ketua Asosiasi Penggilingan Padi Kamboja (CRMA).
Selain mengekspor beras, Khy Thay juga berencana mengimpor sarana produksi pertanian mulai dari pupuk, traktor, mesin pengering gabah dan penggiling padi dari Indonesia.
"Saya faham betul dalam bisnis itu ada imbal baliknya: Saya jual apa, anda beli apa. Jadi sama-sama menguntungkan. Kalau tidak ada imbal balik, tidak akan ada deal bisnis," kata Prof. Samnang Heng.
Direktur PT Galuh Prabu Trijaya--mitra Khy Thay di Indonesia-- Ika Yulita Hasanah memperkirakan Kamboja akan membeli mesin-mesin pertanian seperti pengering gabah dan penggiling padi dengan nilai ratusan juta dolar AS.
"Semoga perjanjian ini bisa segera dilaksanakan tahun ini juga," demikian Ika Yulita Hasanah.
(A017)
"Jika sudah ada pesanan dari Bulog, setiap saat bisa kami kirim. Anda lihat, di gudang kami stoknya ada. Untuk pengapalan pertama 20.000 ton kami siap," kata Direktur Utama Khy Thay Corp, Khy Thay, di gudang penyimpanan stok beras dan gabah perusahaannya di Provinsi Kampong Cham, Kamboja, Kamis.
Perusahaan yang memiliki lahan pertanian, fasilitas pengeringan dan penggilingan padi, serta gudang beras di Distrik Suang, sekitar 150 kilometer dari Kota Siem Reap, itu menunjukkan kesiapan mereka memasok beras ke Indonesia dengan mengundang wartawan dan Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan ke fasilitas produksi.
"Kami sudah mengantongi izin resmi dari Kementerian Perdagangan Kamboja untuk mengekspor beras ke luar negeri, termasuk ke Indonesia," kata Prof. Samnang Heng, penasehat Khy Thay Corp.
Sesuai dengan pasal 2 nota kesepahaman kerja sama pengadaan beras antara pemerintah Indonesia dan Kamboja, badan usaha milik negara Kamboja, Green Trade Corp, bersama dengan eksportir beras Kamboja lainnya akan menjadi pelaksana perjanjian tersebut.
Menurut Samnang Heng, Khy Thay adalah perusahaan keluarga yang didirikan sejak tahun 1930 yang membeli gabah dari petani, menggilingnya, lalu menjualnya ke Thailand dan Vietnam.
Pada 2008, pemerintah Kamboja secara resmi memberikan izin bagi perusahaan itu untuk mengekspor beras seperti ke Polandia, Uni Soviet, dan negara-negara Asia lainnya.
"Dalam empat tahun terakhir ini, kami menjadi perusahaan utama kamboja yang mengekspor beras ke Polandia, negara-negara bekas Uni Soviet, Belanda dan Jerman," kata pengajar sejarah Asia di Universitas Phnom Penh itu.
"Kami punya pabrik pengolahan gabah sendiri, lahan pertanian sendiri, disamping menampung hasil panen dari petani setempat," kata Khy Thay Jr, yang juga Ketua Asosiasi Penggilingan Padi Kamboja (CRMA).
Selain mengekspor beras, Khy Thay juga berencana mengimpor sarana produksi pertanian mulai dari pupuk, traktor, mesin pengering gabah dan penggiling padi dari Indonesia.
"Saya faham betul dalam bisnis itu ada imbal baliknya: Saya jual apa, anda beli apa. Jadi sama-sama menguntungkan. Kalau tidak ada imbal balik, tidak akan ada deal bisnis," kata Prof. Samnang Heng.
Direktur PT Galuh Prabu Trijaya--mitra Khy Thay di Indonesia-- Ika Yulita Hasanah memperkirakan Kamboja akan membeli mesin-mesin pertanian seperti pengering gabah dan penggiling padi dengan nilai ratusan juta dolar AS.
"Semoga perjanjian ini bisa segera dilaksanakan tahun ini juga," demikian Ika Yulita Hasanah.
(A017)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2012
Tags: