Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa kemiskinan merupakan musuh bersama dalam mempercepat pengentasan masalah stunting yang mengancam kualitas kesehatan anak bangsa.

“Selain stunting, musuh bersama yang harus diperangi adalah angka kemiskinan ekstrem serta kematian ibu dan bayi yang angkanya masih tergolong tinggi,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Dalam acara Temu Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB) Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara pada Senin malam (12/12), Hasto menyatakan bahwa angka prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi yakni 24,4 persen.

Angka stunting itu berada di ambang standar yang ditoleransi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 20 persen. Berkaitan dengan kemiskinan, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2021, jumlah penduduk yang mengalami kemiskinan ekstrem di Indonesia mencapai 27,54 juta jiwa atau sebesar 10,14 persen.

Sedangkan pada September 2021, jumlah penduduk yang mengalami kemiskinan ekstrem dinyatakan turun menjadi 26,50 juta jiwa atau 9,71 persen. Kemiskinan itu dapat membuat akses anak mendapatkan gizi seimbang menjadi berkurang.

Baca juga: Kemenkes: Jaga ibu hamil agar tidak alami anemia untuk cegah stunting

Termasuk akses layanan kesehatan dan air bersih apalagi dalam masa emasnya yakni 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

“Kalau secara global kita itu punya tantangan di antaranya adalah katakanlah yang sudah ada di depan mata stunting kita tinggi, jika itu (bersama kemiskinan) dianggap musuh bersama, kita tetapkan sebagai musuh bersama,” kata Hasto.

Selain menyebabkan stunting, kemiskinan nyatanya juga merupakan salah satu faktor penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Dengan demikian, Hasto meminta IPeKB sebagai sebuah organisasi profesi harus bisa menjadi pembelajar, dimana para anggotanya bisa mendewasakan diri dan berkembang dengan baik untuk mencapai visi bersama yang salah satunya adalah menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024 mendatang.

Ia juga meminta semua pihak tidak hanya IPeKB, untuk menjadikan kemiskinan ekstrem sebagai musuh bersama supaya semua konvergensi yang dilakukan dapat mengerucut pada satu masalah utama dan memberikan penanganan yang optimal.

“Kalau itu menjadi bagian musuh bersama, ya ciptakan itu semua sebagai musuh bersama,” kata Hasto.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Sunarto berharap dengan kegiatan Temu IPeKB ini dapat menciptakan ide-ide kreatif dalam mendukung pelaksanaan program Pembanguan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting (PPS).

“Mudah-mudahan dengan pengukuhan pengurus IPeKB Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara ini bisa menciptakan ide-ide kreatif yang inovatif guna mempercepat akselarasi capaian program Bangga Kencana dan tentunya juga mempercepat akselarasi penurunan angka stunting di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara,” ujarnya.


Baca juga: Nila Moeloek: Perempuan harus tahu cara entaskan stunting
Baca juga: Kemenko PMK: Intervensi gizi penanganan stunting harus tepat sasaran