Nila Moeloek: Perempuan harus tahu cara entaskan stunting
13 Desember 2022 17:36 WIB
Menteri Kesehatan RI Periode 2014-2019 Nila F. Moeloek dalam Media Briefieng Pemahaman Stunting yang diikuti di Jakarta, Selasa (13/12/2022). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Periode 2014-2019 Nila F. Moeloek menyatakan bahwa setiap perempuan harus mengetahui lebih mendalam bahaya dan cara mengentaskan stunting guna menjaga ketahanan dalam keluarga.
“Perempuan itu harus berpengetahuan, saya tidak bilang bahwa perempuan harus berpendidikan lebih tinggi atau bagaimana, tapi dia harus punya pengetahuan dan itu perlu. Kita harus tahu wawasan terkait kesehatan,” kata Nila dalam Media Briefieng Pemahaman Stunting yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Nila menyatakan ketika angka prevalensi stunting di masa dirinya menjabat masih berada pada angka 37,2 persen di tahun 2013, kualitas sumber daya manusia sungguh memalukan di mata internasional.
Pasalnya dari tingginya angka stunting itu, empat dari 10 anak dinyatakan terkena stunting yang menyebabkan kemampuan kognitif anak menjadi tidak berkembang dan tidak bisa tumbuh secara optimal karena kekurangan gizi, pola asuh yang salah maupun kondisi lingkungan yang tidak baik.
Baca juga: Kemenko PMK: Penurunan stunting harus dilakukan secara integratif
Baca juga: Nila Moeloek: Perspektif masyarakat kunci entaskan stunting
Meski menurut data SSGI 2021 angka stunting kini turun menjadi 24,4 persen, hingga kini ia menilai banyak perempuan belum memiliki pengetahuan yang memadai. Terbukti dengan masih diberikannya kental manis pada anak sebagai pengganti ASI eksklusif.
“Itu juga saya saat di Kemenkes kita koreksi. Saya katakan, tolong itu susu kental manis (jangan diberikan pada anak). Jadi di Indonesia, itu pikirannya susu padahal gulanya lebih banyak,” katanya.
Kemudian ia menekankan, walaupun pada masa kini banyak perempuan cenderung sibuk bekerja dan jarang mengurus rumah tangga, tidak serta merta tanggung jawab untuk meningkatkan edukasi kesehatan menjadi terabaikan.
“Di sini peran perempuan memang penting, tapi ini sebenarnya perjuangan perempuan (membagi waktu untuk bekerja sambil belajar) sangat penting,” katanya.
Baca juga: YAICI: Tingginya kasus stunting bukti literasi gizi masyarakat rendah
Baca juga: Mahasiswa Undiksha Bali kembangkan aplikasi pemantauan stunting
Nila turut membeberkan dalam Kongres Perempuan Pertama yang digelar pada 22-25 Desember 1928, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menekankan jika kewajiban utama perempuan Indonesia adalah menjadi ibu bangsa yang berusaha menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar akan kebangsaannya.
“Dalam artian, perempuan Indonesia harus sehat alam pikirannya agar berpengalaman. Dari Kowani juga, perempuan harusnya hidup peduli dengan hak anak dan wanita dalam segala kehidupan,” ucapnya.
Ahli Oftalmologi itu berharap, setiap perempuan dapat menyadari pentingnya membangun bangsa dengan menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas.
Nila mengatakan sejak usia muda, ibu dapat memperkaya pengetahuannya terkait stunting. Ibu juga dapat mencegah stunting melalui pemahaman pentingnya pemberian air bersih dan ketersediaan jamban di rumah, memberikan pola asuh melalui ASI eksklusif utamanya dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan memberikan imunisasi dasar rutin juga pemantauan kesehatan anak di posyandu.
Hal lain yang dapat ibu lakukan adalah dengan mempelajari menu sehat bergizi, untuk memenuhi asupan gizi anak dengan makanan beranekaragam dan mengandung karbohidrat, protein hewani, lemak, vitamin, mineral dan air.
Baca juga: Kemenko ingatkan pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk cegah stunting
Baca juga: Peneliti: Penguatan posyandu kunci penting pencegahan stunting
Baca juga: BKKBN gencarkan sosialisasi ASI cegah stunting pada anak
“Perempuan itu harus berpengetahuan, saya tidak bilang bahwa perempuan harus berpendidikan lebih tinggi atau bagaimana, tapi dia harus punya pengetahuan dan itu perlu. Kita harus tahu wawasan terkait kesehatan,” kata Nila dalam Media Briefieng Pemahaman Stunting yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Nila menyatakan ketika angka prevalensi stunting di masa dirinya menjabat masih berada pada angka 37,2 persen di tahun 2013, kualitas sumber daya manusia sungguh memalukan di mata internasional.
Pasalnya dari tingginya angka stunting itu, empat dari 10 anak dinyatakan terkena stunting yang menyebabkan kemampuan kognitif anak menjadi tidak berkembang dan tidak bisa tumbuh secara optimal karena kekurangan gizi, pola asuh yang salah maupun kondisi lingkungan yang tidak baik.
Baca juga: Kemenko PMK: Penurunan stunting harus dilakukan secara integratif
Baca juga: Nila Moeloek: Perspektif masyarakat kunci entaskan stunting
Meski menurut data SSGI 2021 angka stunting kini turun menjadi 24,4 persen, hingga kini ia menilai banyak perempuan belum memiliki pengetahuan yang memadai. Terbukti dengan masih diberikannya kental manis pada anak sebagai pengganti ASI eksklusif.
“Itu juga saya saat di Kemenkes kita koreksi. Saya katakan, tolong itu susu kental manis (jangan diberikan pada anak). Jadi di Indonesia, itu pikirannya susu padahal gulanya lebih banyak,” katanya.
Kemudian ia menekankan, walaupun pada masa kini banyak perempuan cenderung sibuk bekerja dan jarang mengurus rumah tangga, tidak serta merta tanggung jawab untuk meningkatkan edukasi kesehatan menjadi terabaikan.
“Di sini peran perempuan memang penting, tapi ini sebenarnya perjuangan perempuan (membagi waktu untuk bekerja sambil belajar) sangat penting,” katanya.
Baca juga: YAICI: Tingginya kasus stunting bukti literasi gizi masyarakat rendah
Baca juga: Mahasiswa Undiksha Bali kembangkan aplikasi pemantauan stunting
Nila turut membeberkan dalam Kongres Perempuan Pertama yang digelar pada 22-25 Desember 1928, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menekankan jika kewajiban utama perempuan Indonesia adalah menjadi ibu bangsa yang berusaha menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar akan kebangsaannya.
“Dalam artian, perempuan Indonesia harus sehat alam pikirannya agar berpengalaman. Dari Kowani juga, perempuan harusnya hidup peduli dengan hak anak dan wanita dalam segala kehidupan,” ucapnya.
Ahli Oftalmologi itu berharap, setiap perempuan dapat menyadari pentingnya membangun bangsa dengan menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas.
Nila mengatakan sejak usia muda, ibu dapat memperkaya pengetahuannya terkait stunting. Ibu juga dapat mencegah stunting melalui pemahaman pentingnya pemberian air bersih dan ketersediaan jamban di rumah, memberikan pola asuh melalui ASI eksklusif utamanya dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan memberikan imunisasi dasar rutin juga pemantauan kesehatan anak di posyandu.
Hal lain yang dapat ibu lakukan adalah dengan mempelajari menu sehat bergizi, untuk memenuhi asupan gizi anak dengan makanan beranekaragam dan mengandung karbohidrat, protein hewani, lemak, vitamin, mineral dan air.
Baca juga: Kemenko ingatkan pentingnya pemeriksaan kehamilan untuk cegah stunting
Baca juga: Peneliti: Penguatan posyandu kunci penting pencegahan stunting
Baca juga: BKKBN gencarkan sosialisasi ASI cegah stunting pada anak
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022
Tags: