Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) melalui Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) menangani 48.533 ton sampah yang diproduksi warga selama Oktober 2022.

"Itu data per Oktober. Kalau data bulan ini belum ada karena harus dihitung hingga akhir bulan," kata Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat, Slamet Riyadi di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Polisi temukan sampah makanan di rumah korban tewas di Kalideres

Penanganan yang diberikan dengan mengerahkan petugas wilayah untuk mengambil sampah dari setiap rumah lalu mengumpulkan di tempat pembuangan terpusat.

Setelah itu, sampah yang telah dikumpulkan akan diantar petugas ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang.

Berdasarkan data yang diberikan Slamet, jumlah tersebut naik jika dibandingkan dengan September 2022 lalu yang mencapai 46.714 ton sampah.

Naiknya jumlah sampah disinyalir karena aktivitas rumah tangga meningkat dan kegiatan di tempat umum yang semakin padat.

Sehingga, sampah rumah tangga dan sampah di beberapa titik tempat umum juga semakin meningkat.

"Paling banyak memang sampah dari rumah tangga. Itu dikumpulkan dari setiap tempat pembuangan sampah di setiap kecamatan baru dibawa ke Bantar Gebang," ujar dia.

Lebih lanjut, dari 48.533 ton sampah yang dikumpulkan dari setiap kecamatan di Jakarta Barat, tercatat kecamatan Cengkareng menjadi wilayah dengan produksi sampah tertinggi, yakni 8.796 ton.

Baca juga: Jakarta Barat beri fasilitas pengolahan sampah untuk 265 RW

Sedangkan untuk produksi sampah terendah selama bulan Oktober datang dari kecamatan Taman Sari mencapai 3.363 ton.

Untuk meminimalisir sampah yang ada di lingkungan, Slamet Riyadi menggerakkan jajarannya di wilayah untuk memanfaatkan sampah menjadi barang layak pakai seperti pupuk hingga pestisida.

Beberapa sampah plastik juga didaur ulang untuk dijadikan sebagai bahan kerajinan tangan. Bahkan ada beberapa sampah yang disulap menjadi sabun.

Dia berharap dengan upaya tersebut, sampai di wilayah Jakarta Barat bisa berkurang dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sebelumnya, Slamet beserta jajarannya telah menjadikan 265 RW di wilayah Jakarta Barat sebagai wilayah percontohan pengolahan sampah.

"Ada 265 RW yang menjadi percontohan untuk melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah di tingkat RW. Itu kolaborasi dengan lurah, camat, RW," kata Slamet pada beberapa waktu lalu.

Pada program itu, Slamet mengatakan warga di lingkungan 265 RW tersebut akan dididik untuk memilah sampah jenis organik dan non organik.

Nantinya, sampah non organik akan diarahkan untuk disalurkan ke bank sampah sehingga bisa menghasilkan uang. Sedangkan untuk sampah organik bisa diolah kembali menjadi pupuk kompos.

Baca juga: Kebakaran di Taman Sari disebabkan warga yang bakar sampah