Bahlil targetkan Sultra jadi ekosistem baterai EV hilirisasi nikel
13 Desember 2022 15:02 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (tengah) memberikan keterangan pada wartawan usai acara Hari Nusantara di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Selasa (13/12/2022). ANTARA/Aditya Ramadhan/aa.
Wakatobi (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menargetkan Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 2024 menjadi salah satu ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dengan hilirisasi nikel melalui penggunaan energi baru terbarukan sebagai sumber daya.
"Tahun 2024-2025 Sulawesi Tenggara akan menjadi salah satu bagian hilirisasi untuk membangun ekosistem EV battery," kata Bahlil Lahadalia dalam acara peringatan Hari Nusantara di Wakatobi Sulawesi Tenggara, Selasa.
Dia menjelaskan Sulawesi Tenggara kaya akan sumber daya alam berupa nikel dan aspal. Namun, lanjutnya, hilirisasi nikel di Sulawesi Tenggara belum semasif di daerah lain.
"Harus diakui bahwa hilirisasi di Sulawesi Tenggara ini memang tidak semasif daerah lain, baru sampai setengah jadi. Ke depan kita ingin membangun nilai tambahnya sampai 70-80 persen. Agar nilai tambah ada di daerah ini, dan itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan dengan gaji yang cukup memadai," kata Bahlil.
Baca juga: Bahlil: Indonesia selangkah lagi jadi produsen baterai listrik dunia
Dia menerangkan pembangunan pabrik hilirisasi juga akan meningkatkan pendapatan daerah yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain itu Bahlil juga menekankan proses hilirisasi nikel di Sulawesi Tenggara harus menerapkan konsep ekonomi hijau atau green economy, yang mengimplementasikan prinsip berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi.
"Sekarang kalau mau produk kita laku di dunia, tidak bisa kita hindari green energy, green industry. Kalau kita masih pakai batu bara pasti produk kita tidak akan laku, atau tidak dihargai sebaik proses industri yang memakai green energy, EBT," katanya.
Oleh karena itu Bahlil menekankan green industry dan penggunaan energi baru terbarukan akan menjadi syarat bagi investor untuk membangun pabrik hilirisasi nikel di Sulawesi Tenggara.
Baca juga: Menko Luhut resmikan proyek smelter nikel di Pomaala Sultra
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan pabrik pemurnian nikel di Konawe Sult
"Tahun 2024-2025 Sulawesi Tenggara akan menjadi salah satu bagian hilirisasi untuk membangun ekosistem EV battery," kata Bahlil Lahadalia dalam acara peringatan Hari Nusantara di Wakatobi Sulawesi Tenggara, Selasa.
Dia menjelaskan Sulawesi Tenggara kaya akan sumber daya alam berupa nikel dan aspal. Namun, lanjutnya, hilirisasi nikel di Sulawesi Tenggara belum semasif di daerah lain.
"Harus diakui bahwa hilirisasi di Sulawesi Tenggara ini memang tidak semasif daerah lain, baru sampai setengah jadi. Ke depan kita ingin membangun nilai tambahnya sampai 70-80 persen. Agar nilai tambah ada di daerah ini, dan itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan dengan gaji yang cukup memadai," kata Bahlil.
Baca juga: Bahlil: Indonesia selangkah lagi jadi produsen baterai listrik dunia
Dia menerangkan pembangunan pabrik hilirisasi juga akan meningkatkan pendapatan daerah yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain itu Bahlil juga menekankan proses hilirisasi nikel di Sulawesi Tenggara harus menerapkan konsep ekonomi hijau atau green economy, yang mengimplementasikan prinsip berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi.
"Sekarang kalau mau produk kita laku di dunia, tidak bisa kita hindari green energy, green industry. Kalau kita masih pakai batu bara pasti produk kita tidak akan laku, atau tidak dihargai sebaik proses industri yang memakai green energy, EBT," katanya.
Oleh karena itu Bahlil menekankan green industry dan penggunaan energi baru terbarukan akan menjadi syarat bagi investor untuk membangun pabrik hilirisasi nikel di Sulawesi Tenggara.
Baca juga: Menko Luhut resmikan proyek smelter nikel di Pomaala Sultra
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan pabrik pemurnian nikel di Konawe Sult
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: