New York (ANTARA) - Harga minyak acuan global Brent dapat pulih dan dengan cepat naik melewati 90 dolar AS per barel didorong perubahan arah dovish dalam kebijakan moneter Federal Reserve AS dan pembukaan kembali ekonomi yang "berhasil" oleh China, Riset Global Bank of America ( BofA) mengatakan Senin (12/12/2022).

Akhir-akhir ini, harga minyak terus menurun karena kekhawatiran bahwa ekonomi global yang melemah akan memangkas permintaan bahan bakar, membuat harga berada di jalur penurunan kuartalan kedua berturut-turut.

BofA memperkirakan harga Brent - diperdagangkan pada 75,95 dolar AS per barel pada Senin pagi (12/12/2022) - menjadi rata-rata 100 dolar AS per barel pada 2023, juga didorong oleh pemulihan permintaan minyak China pada pembukaan kembali pasca-COVID dan penurunan pasokan Rusia sekitar 1 juta barel per hari dengan latar belakang sanksi Uni Eropa.

Baca juga: Minyak melonjak dipicu risiko pasokan saat pipa utama Keystone ditutup

Selain itu, pengurangan produksi OPEC+ sebesar 2 juta barel per hari dapat diterapkan secara penuh untuk mendukung harga, kata bank tersebut dalam catatan penelitian tertanggal 9 Desember.

China pekan lalu mengumumkan perubahan paling besar pada rezim anti-COVID yang tegas sejak pandemi dimulai tiga tahun lalu, melonggarkan aturan yang mengekang penyebaran virus tetapi memicu protes dan melumpuhkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Namun, "proyeksi permintaan dan harga minyak kami untuk tahun 2023 sangat bergantung pada pertumbuhan permintaan China dan India yang kuat, sehingga setiap penundaan pembukaan kembali di Asia dapat mempengaruhi lintasan harga yang kami perkirakan," kata bank tersebut, menambahkan bahwa jalan menuju lingkungan pasca-pandemi mungkin bergelombang "mengingat rendahnya tingkat imunitas di China".