Ekonom sebut perlambatan ekonomi global akan sedikit pengaruhi ekspor
12 Desember 2022 17:22 WIB
Tangkapan layar - Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB) Anny Ratnawati dalam dialog “Peran APBN dalam Pemulihan Ekonomi” yang dipantau di Jakarta, Senin (12/12/2022). ANTARA/Sanya Dinda.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB) Anny Ratnawati mengatakan perekonomian global tidak akan mengalami resesi tetapi melambat, dan berpotensi sedikit mempengaruhi ekspor Indonesia.
“Kalau perekonomian global melambat, yang pertama akan terdampak adalah ekspor kita. Apakah signifikan, belum tahu,” katanya dalam dialog “Peran APBN dalam Pemulihan Ekonomi” di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan perekonomian global tidak akan mengalami resesi, yang ditandai dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) minus dua kuartal berturut-turut, tetapi berpotensi mengalami pelemahan pada 2023.
Pelemahan ini tampak juga pada tiga negara mitra dagang Indonesia yakni China yang diproyeksikan tumbuh sampai 4,4 persen pada 2023, Amerika Serikat tumbuh 1 persen dan India tumbuh 6,1 persen.
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan India pada 2022 diproyeksikan lebih rendah dari tahun 2022 yang masing-masing sebesar 1,6 persen dan 6,3 sampai 6,8 persen.
“Ekspor mungkin akan terganggu, tapi tidak terlalu besar, karena ekspor kita unik. Kita memang ekspor kopi dan coklat juga, tapi penyumbang ekspor terbesar seperti besi baja, nikel, bauksit, dan batu bara itu komoditas yang tidak bisa diganti,” katanya.
Adapun dengan potensi pelemahan ekonomi global, ia mengatakan pemerintah perlu memastikan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi dengan melanjutkan program-program ketahanan pangan.
“Tahun depan, kalau betul ada El Nino dan kekeringan, Vietnam sudah mengatakan mereka tidak mau mengekspor beras, Amerika Serikat juga akan menahan gandumnya, jadi ini perlu diperhatikan,” ucapnya.
Program ketahanan energi juga perlu dilanjutkan melalui program pengembangan produksi energi baru dan terbarukan (EBT) seperti B30.
“Kita punya banyak CPO (Crude Palm Oil). Kalau pasar global mengalami penurunan permintaan, kita perlu mengerjakan B30 dan B40 agar permintaan domestik bisa menyerap CPO untuk mengantisipasi kelebihan produksi,” ujarnya.
Baca juga: Kemenkeu: Sumber pertumbuhan ekonomi baru akan terus diciptakan
Baca juga: CORE: Kinerja baik ekonomi 2022 ditopang keberhasilan vaksinasi
Baca juga: Menko Airlangga: Ekonomi RI mampu tunjukkan pencapaian impresif
“Kalau perekonomian global melambat, yang pertama akan terdampak adalah ekspor kita. Apakah signifikan, belum tahu,” katanya dalam dialog “Peran APBN dalam Pemulihan Ekonomi” di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan perekonomian global tidak akan mengalami resesi, yang ditandai dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) minus dua kuartal berturut-turut, tetapi berpotensi mengalami pelemahan pada 2023.
Pelemahan ini tampak juga pada tiga negara mitra dagang Indonesia yakni China yang diproyeksikan tumbuh sampai 4,4 persen pada 2023, Amerika Serikat tumbuh 1 persen dan India tumbuh 6,1 persen.
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan India pada 2022 diproyeksikan lebih rendah dari tahun 2022 yang masing-masing sebesar 1,6 persen dan 6,3 sampai 6,8 persen.
“Ekspor mungkin akan terganggu, tapi tidak terlalu besar, karena ekspor kita unik. Kita memang ekspor kopi dan coklat juga, tapi penyumbang ekspor terbesar seperti besi baja, nikel, bauksit, dan batu bara itu komoditas yang tidak bisa diganti,” katanya.
Adapun dengan potensi pelemahan ekonomi global, ia mengatakan pemerintah perlu memastikan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi dengan melanjutkan program-program ketahanan pangan.
“Tahun depan, kalau betul ada El Nino dan kekeringan, Vietnam sudah mengatakan mereka tidak mau mengekspor beras, Amerika Serikat juga akan menahan gandumnya, jadi ini perlu diperhatikan,” ucapnya.
Program ketahanan energi juga perlu dilanjutkan melalui program pengembangan produksi energi baru dan terbarukan (EBT) seperti B30.
“Kita punya banyak CPO (Crude Palm Oil). Kalau pasar global mengalami penurunan permintaan, kita perlu mengerjakan B30 dan B40 agar permintaan domestik bisa menyerap CPO untuk mengantisipasi kelebihan produksi,” ujarnya.
Baca juga: Kemenkeu: Sumber pertumbuhan ekonomi baru akan terus diciptakan
Baca juga: CORE: Kinerja baik ekonomi 2022 ditopang keberhasilan vaksinasi
Baca juga: Menko Airlangga: Ekonomi RI mampu tunjukkan pencapaian impresif
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: