Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) per Mei 2006 menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak tanah mengingat tingginya stok komoditas tersebut di dalam negeri. Kepala Divisi BBM Pertamina Djaelani Sutomo di Jakarta Rabu mengatakan, saat ini, stok minyak tanah sangat tinggi yakni mencapai 41,4 hari atau setara dengan 1,08 juta kiloliter. "Karenanya, kita tidak impor minyak tanah lagi. Pertamina akan mengurangi stok minyak tanah hingga ke posisi 22 hari," katanya. Selain itu, menurut dia, produksi minyak tanah dari kilang milik Pertamina masih mencukupi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 35.000 kiloliter per hari. Saat ini, seluruh kilang Pertamina, termasuk Kilang Dumai yang baru saja mengalami perbaikan, dengan total kapasitas 1,05 juta barel per hari telah beroperasi secara penuh. Juru bicara Pertamina M Harun menambahkan, impor tertinggi minyak tanah terjadi pada September 2005 sebesar 2,4 juta barel per bulan. "Namun, konsumsi terus menurun akibat kenaikan BBM pada Oktober tahun lalu, sehingga impor juga terus menurun hingga 600 ribu barel per bulan pada awal 2006," ujarnya. Penurunan konsumsi minyak tanah tersebut, sangat membantu menekan impor BBM di level terendah antara 7-8 juta kiloliter per bulan. Menurut Harun, secara nasional, impor BBM Pertamina terus mengalami penurunan dari posisi tertinggi September 2005 sebesar 17 juta barel menjadi 12 juta barel pada Desember 2005, Januari 2006 8,4 juta barel, dan Februari 2006 7,6 juta barel. Impor Maret 2006 kembali turun jadi 6,4 juta barel, naik sedikit April 7,6 juta barel, Mei 7,4 juta barel dan Juni diperkirakan 7,9 juta barel. Posisi stok BBM nasional minggu ini berada di level optimal antara 20-22 hari atau setara 3,4 juta kiloliter. Konsumsi nasional itu secara total masih di bawah target penjualan 110 ribu kiloliter per hari atau 32,9 persen di bawah target penjualan (daily of take/DOT) sebesar 165 ribu kiloliter per hari. Perinciannya, konsumsi premium 40 ribu kiloliter per hari atau sembilan persen di bawah target DOT, minyak solar 31,7 ribu kiloliter atau 55 persen di bawah DOT dan minyak tanah turun di level 26 ribu kiloliter. Harun menambahkan, penurunan konsumsi BBM tersebut membantu pengurangan subsidi akibat kenaikan harga minyak dunia.(*)