Masjid Stockholm kecam penistaan terhadap Al Quran di Swedia
12 Desember 2022 09:49 WIB
Arsip - Warga Indonesia yang ada di Stockholm melaksanakan Shalat Idul Fitri 1440H di Wisma Duta RI di kawasan Lidingo, Stockholm, Swedia dimana Mesjid Besar Stockholm menetapkan bahwa 1 Syawal 1440H di Swedia jatuh pada Selasa (4/6)
London (ANTARA) - Masjid di Stockholm, Swedia mengecam serangan terbaru di fasilitas mereka setelah salinan Al Quran yang rusak dibiarkan dirantai dan digantung di depan pintu masuk masjid dan kondisi tersebut dirilis pihak Masjid Pusat Stockholm pada Jumat.
Pihak masjid mengaku kerap mengalami ancaman seperti itu.
Mengikat Al Quran dan menggantungnya di jeruji taman di sebelah pintu masjid adalah penghinaan terhadap kaum Muslim, tulis pihak masjid di akun Facebook.
"Masjid kami dan jemaah kami mendapat banyak ancaman. Kaum rasis selalu melakukan upaya baru untuk mencoreng orang-orang yang tidak seperti diri mereka," katanya.
Sebuah pernyataan menyebutkan bahwa pihak masjid memutuskan untuk membagikan foto dan informasi "untuk menarik perhatian dari jemaah kami dan masyarakat sekaligus untuk mencegah kejahatan rasial menjadi hal yang lumrah," katanya.
Namun, serangan tersebut tidak asing sebab masjid tersebut pernah menjadi sasaran serangan Islamophobia di masa lalu, seperti ketika tulisan dan grafiti anti-Islam dicoret di pintu masjid.
Al Quran diserang beberapa kali di Swedia. Rasmus Paludan berkewarganegaraan Swedia dan Denmark, yakni pemimpin kelompok sayap kanan partai anti-imigrasi Denmark kerap melakukan tur pembakaran Al Quran di dua negara Skandinavia tersebut meski muncul protes yang memicu kerusuhan.
Imam sekaligus direktur Masjid Pusat Stockholm, Mahmoud Khalfi mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu bahwa dirinya "secara pribadi menyaksikan pembakaran Al Quran di Stockholm" pada Desember lalu dan "Saya ingat betapa menyakitkannya kejadian tersebut."
"Al Quran suci bagi agama Islam; (Al Quran) adalah firman Tuhan. Oleh karenanya, pembakaran Al Quran menjadi hal yang sangat menyakitkan bagi kami umat Muslim," ucapnya.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Azan berpengeras suara pertama berkumandang di Stockholm
Baca juga: Polisi Swedia tangkap terduga pembakar masjid Syiah
Pihak masjid mengaku kerap mengalami ancaman seperti itu.
Mengikat Al Quran dan menggantungnya di jeruji taman di sebelah pintu masjid adalah penghinaan terhadap kaum Muslim, tulis pihak masjid di akun Facebook.
"Masjid kami dan jemaah kami mendapat banyak ancaman. Kaum rasis selalu melakukan upaya baru untuk mencoreng orang-orang yang tidak seperti diri mereka," katanya.
Sebuah pernyataan menyebutkan bahwa pihak masjid memutuskan untuk membagikan foto dan informasi "untuk menarik perhatian dari jemaah kami dan masyarakat sekaligus untuk mencegah kejahatan rasial menjadi hal yang lumrah," katanya.
Namun, serangan tersebut tidak asing sebab masjid tersebut pernah menjadi sasaran serangan Islamophobia di masa lalu, seperti ketika tulisan dan grafiti anti-Islam dicoret di pintu masjid.
Al Quran diserang beberapa kali di Swedia. Rasmus Paludan berkewarganegaraan Swedia dan Denmark, yakni pemimpin kelompok sayap kanan partai anti-imigrasi Denmark kerap melakukan tur pembakaran Al Quran di dua negara Skandinavia tersebut meski muncul protes yang memicu kerusuhan.
Imam sekaligus direktur Masjid Pusat Stockholm, Mahmoud Khalfi mengatakan kepada Kantor Berita Anadolu bahwa dirinya "secara pribadi menyaksikan pembakaran Al Quran di Stockholm" pada Desember lalu dan "Saya ingat betapa menyakitkannya kejadian tersebut."
"Al Quran suci bagi agama Islam; (Al Quran) adalah firman Tuhan. Oleh karenanya, pembakaran Al Quran menjadi hal yang sangat menyakitkan bagi kami umat Muslim," ucapnya.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Azan berpengeras suara pertama berkumandang di Stockholm
Baca juga: Polisi Swedia tangkap terduga pembakar masjid Syiah
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022
Tags: