Natadesa di Jimbaran bantu pemerintah ciptakan pariwisata berkualitas
11 Desember 2022 17:32 WIB
Peresmian komplek resor Natadesa di Jimbaran sebagai destinasi pariwisata berkualitas di Kabupaten Badung, Bali, Minggu (11/12/2022). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari
Badung (ANTARA) - Direktur Utama Jimbaran Hijau di Bali Putu Agung Prianta membangun sebuah komplek resor Natadesa di kawasan Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, yang ditujukan untuk membantu pemerintah menciptakan quality tourism atau pariwisata berkualitas.
"Kita sering dengar pemerintah pusat dan pemerintah daerah ingin menciptakan quality tourism (pariwisata berkualitas) untuk Bali, jadi ini kontribusi kami sekaligus menciptakan destinasi berkualitas, Natadesa ini juga mungkin pertama yang mendapat sertifikasi Greenship Platinum di Indonesia," kata dia di Kabupaten Badung, Bali, Minggu.
Dalam peluncuran Natadesa yang berjumlah 20 unit hunian itu, Agung Prianta menjabarkan konsep ramah lingkungan dan pariwisata berkelanjutan yang ia bawa, seperti dalam pembentukan akses properti yang tidak merusak pepohonan demi membuka jalan, melainkan lika-liku jalan yang mengikuti pohon sekitar.
Selanjutnya, di komplek resor tersebut dibangun tempat pengolahan sampah, lokasi solar panel, menjaga ruang hijau dan tidak menebang pohon, serta memberi akses bagi pejalan kaki.
Sebagai wujud pariwisata berkualitas, Kepala Konsol Green Building untuk Bali itu menyematkan sentuhan warisan Bali dalam pembangunannya, yang dikemas pula dengan nuansa moderen.
"Warisan budaya bagi saya penting jadi saya tidak ingin Bali jadi Miami. Ini sebenarnya ide dari Panglipuran, desa linier dengan angkul-angkul (ornamen Bali di pintu masuk), ini belum sempurna kita masih pengembangan," ujarnya.
Agung Prianta mengatakan bahwa Natadesa berbeda dengan pariwisata yang ditawarkan di kawasan lain di Bali, ia ingin mengenalkan Jimbaran sebagai tempat tujuan untuk tinggal, bekerja, bermain, dan belajar, sebagai bentuk destinasi baru di Bali Selatan.
"Jadi saya menciptakan Jimbaran ini untuk saling melengkapi bukan bersaing, seharusnya gitu untuk Bali karena tipologinya beda-beda, seperti kalau mau yoga ke Ubud, MICE ke Nusa Dua, itu esensi yang harus kita bangun," jelasnya.
Kepada media di Badung, Agung melihat Bali saat ini merupakan destinasi global yang penting untuk tempat tinggal, namun sayangnya kerap tak ada yang menyadari itu, sehingga ia memanfaatkannya untuk menjadikan Desa Jimbaran sebagai alternatif.
Pengembang ternama di Pulau Dewata ini tak sepenuhnya menggunakan ornamen Bali dalam propertinya, namun ia menyelipkan lewat konsep dan keberadaan benda-benda sebagai pengetahuan bagi pemiliknya kelak.
"Esensinya menciptakan sense of place, jadi merasa saya ini di Bali dengan elemen-elemen itu. Kalau saya memperkenalkan elemennya lebih banyak lokal dan natural, karena kalau terlalu klasik tidak bisa. Ketika kita beri tamu Prancis bisa pingsan dia padahal tamu itu bisa membawa quality tourism," ujar Agung.
Agar tidak menjatuhkan pasar di kawasan Jimbaran, Natadesa yang luasnya 250-900 meter persegi itu diciptakan untuk kelas atas dengan harga Rp9 milyar sampai Rp 15 milyar per unit, yang saat ini telah terjual ke pembeli domestik dan luar negeri sebanyak 4 unit.
"Semoga ini menjadi inspirasi bagi pengembang di Bali untuk mendapat konteks Tri Hita Karana, karena ini termasuk pembangunan hijau di dalamnya. Jangan lupa warisan dan elemen Bali karena kita hidup di Bali dan banyak orang melupakan itu," kata Agung.
Lurah Jimbaran I Wayan Kardiasana yang turut hadir diperesmian Natadesa milik Jimbaran Hijau menyampaikan rasa terima kasihnya karena komplek resor ini ke depan mampu mengangkat nama Jimbaran lebih tinggi.
"Kami rakyat Jimbaran berharap kepada Natadesa Pak Agung, kalau di Bali terkenal dengan Tri Hita Karana konsep hubungan ke tuhan, jadi agar sesuai dengan kesakralan di sini, konsep hubungan ke lingkungan seperti disampaikan jangan sampai merusak lingkungan," kata dia.
Selanjutnya untuk konsep hubungan kepada sesama manusia, Kardiasana berharap keberadaan Natadesa mampu meningkatkan kesejahteraan umat manusia khususnya warga Jimbaran.
"Jangan sampai di sini bagus tapi warga-warganya banyak yang miskin, yang butuh kerjaan mohon diakomodir supaya kami di Jimbaran bisa menikmati kemewahan dan bangkit kembali bekerja," ujarnya.
Baca juga: Kepala Badan Lingkungan AS puji pengolahan sampah di Jimbaran
Baca juga: Luhut resmikan pengolahan sampah terpadu di Jimbaran Bali
Baca juga: 461 perenang dari 14 negara ikut kompetisi Oceanman 2022 di Jimbaran
"Kita sering dengar pemerintah pusat dan pemerintah daerah ingin menciptakan quality tourism (pariwisata berkualitas) untuk Bali, jadi ini kontribusi kami sekaligus menciptakan destinasi berkualitas, Natadesa ini juga mungkin pertama yang mendapat sertifikasi Greenship Platinum di Indonesia," kata dia di Kabupaten Badung, Bali, Minggu.
Dalam peluncuran Natadesa yang berjumlah 20 unit hunian itu, Agung Prianta menjabarkan konsep ramah lingkungan dan pariwisata berkelanjutan yang ia bawa, seperti dalam pembentukan akses properti yang tidak merusak pepohonan demi membuka jalan, melainkan lika-liku jalan yang mengikuti pohon sekitar.
Selanjutnya, di komplek resor tersebut dibangun tempat pengolahan sampah, lokasi solar panel, menjaga ruang hijau dan tidak menebang pohon, serta memberi akses bagi pejalan kaki.
Sebagai wujud pariwisata berkualitas, Kepala Konsol Green Building untuk Bali itu menyematkan sentuhan warisan Bali dalam pembangunannya, yang dikemas pula dengan nuansa moderen.
"Warisan budaya bagi saya penting jadi saya tidak ingin Bali jadi Miami. Ini sebenarnya ide dari Panglipuran, desa linier dengan angkul-angkul (ornamen Bali di pintu masuk), ini belum sempurna kita masih pengembangan," ujarnya.
Agung Prianta mengatakan bahwa Natadesa berbeda dengan pariwisata yang ditawarkan di kawasan lain di Bali, ia ingin mengenalkan Jimbaran sebagai tempat tujuan untuk tinggal, bekerja, bermain, dan belajar, sebagai bentuk destinasi baru di Bali Selatan.
"Jadi saya menciptakan Jimbaran ini untuk saling melengkapi bukan bersaing, seharusnya gitu untuk Bali karena tipologinya beda-beda, seperti kalau mau yoga ke Ubud, MICE ke Nusa Dua, itu esensi yang harus kita bangun," jelasnya.
Kepada media di Badung, Agung melihat Bali saat ini merupakan destinasi global yang penting untuk tempat tinggal, namun sayangnya kerap tak ada yang menyadari itu, sehingga ia memanfaatkannya untuk menjadikan Desa Jimbaran sebagai alternatif.
Pengembang ternama di Pulau Dewata ini tak sepenuhnya menggunakan ornamen Bali dalam propertinya, namun ia menyelipkan lewat konsep dan keberadaan benda-benda sebagai pengetahuan bagi pemiliknya kelak.
"Esensinya menciptakan sense of place, jadi merasa saya ini di Bali dengan elemen-elemen itu. Kalau saya memperkenalkan elemennya lebih banyak lokal dan natural, karena kalau terlalu klasik tidak bisa. Ketika kita beri tamu Prancis bisa pingsan dia padahal tamu itu bisa membawa quality tourism," ujar Agung.
Agar tidak menjatuhkan pasar di kawasan Jimbaran, Natadesa yang luasnya 250-900 meter persegi itu diciptakan untuk kelas atas dengan harga Rp9 milyar sampai Rp 15 milyar per unit, yang saat ini telah terjual ke pembeli domestik dan luar negeri sebanyak 4 unit.
"Semoga ini menjadi inspirasi bagi pengembang di Bali untuk mendapat konteks Tri Hita Karana, karena ini termasuk pembangunan hijau di dalamnya. Jangan lupa warisan dan elemen Bali karena kita hidup di Bali dan banyak orang melupakan itu," kata Agung.
Lurah Jimbaran I Wayan Kardiasana yang turut hadir diperesmian Natadesa milik Jimbaran Hijau menyampaikan rasa terima kasihnya karena komplek resor ini ke depan mampu mengangkat nama Jimbaran lebih tinggi.
"Kami rakyat Jimbaran berharap kepada Natadesa Pak Agung, kalau di Bali terkenal dengan Tri Hita Karana konsep hubungan ke tuhan, jadi agar sesuai dengan kesakralan di sini, konsep hubungan ke lingkungan seperti disampaikan jangan sampai merusak lingkungan," kata dia.
Selanjutnya untuk konsep hubungan kepada sesama manusia, Kardiasana berharap keberadaan Natadesa mampu meningkatkan kesejahteraan umat manusia khususnya warga Jimbaran.
"Jangan sampai di sini bagus tapi warga-warganya banyak yang miskin, yang butuh kerjaan mohon diakomodir supaya kami di Jimbaran bisa menikmati kemewahan dan bangkit kembali bekerja," ujarnya.
Baca juga: Kepala Badan Lingkungan AS puji pengolahan sampah di Jimbaran
Baca juga: Luhut resmikan pengolahan sampah terpadu di Jimbaran Bali
Baca juga: 461 perenang dari 14 negara ikut kompetisi Oceanman 2022 di Jimbaran
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: