Lisa Fitria luncurkan koleksi "Teman Tapi Mesra" serba hitam putih
10 Desember 2022 14:40 WIB
Koleksi busana bertema "Teman Tapi Mesra" karya perancang busana Lisa Fitria yang ditampilkan dalam closing ceremony "Spotlight Indonesia" di Pos Bloc Jakarta 4 Desember 2022. (Dokumentasi Lisa Fitria)
Jakarta (ANTARA) - Perancang busana dari Indonesian fashion Chamber (IFC) Lisa Fitria mengeluarkan koleksi terbarunya dengan tema "Teman Tapi Mesra" atau "TTM" yang ditampilkan dalam pergelaran closing ceremony "Spotlight Indonesia" di Pos Bloc Jakarta 4 Desember 2022.
Karya "Teman Tapi Mesra" ini Lisa terjemahkan dalam warna hitam putih monokrom untuk memberikan pesan bahwa banyaknya suka dan duka yang dilewati bersama dengan IFC. Dia, seperti dalam keterangan tertulisnya, Sabtu menyatakan, highlight warna oranye dalam koleksi dimaknai sebagai banyaknya manfaat IFC secara materi maupun nonmateri bagi perubahan hidup Lisa.
Untuk motif dalam koleksi, Lisa terinspirasi dari tenun pahikung Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diaplikasikan pada border itik, yaitu border dengan cara bordir menggunakan mesin jahit manual kecil karya perajin dari Kudus yaitu Bordir Larisma.
Perajin ini masih konsisten melestarikan teknik Bordir itik sampai saat ini. Pengerjaan bordir itik ini memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan teknik mesin besar (mesin Juki) atau Bordir digital.
Kelebihannya bordir ini menampilkan tekstur border yang unik berupa titik titik benang yang kecil kecil rapat dan benang hasil bordiran terlihat lebih cerah.
Untuk kain, Lisa menggunakan banyak variasi antara lain Organza Silk, Raw silk , 100% Katun, Linen, Jersey ,Tulle dan poly suiting yang diwujudkan dalam delapan look dengan tampilan yang terdiri dari coat, skirt, kulot , celana midi, blouse, jaket bomber, blouse oversize dan dress panjang.
Untuk melengkapi tampilan koleksi TTM ini, Lisa Fitria berkolaborasi dengan SIMA shoes karya Kraznaya putri dari pemilik Tegep Boots. Kraznaya mendesain gaya baru sepatu dan sandal dengan warna-warna pop untuk anak anak remaja dan pribadi yang ingin selalu berjiwa muda.
Kemudian, untuk menyempurnakan keseluruhan koleksinya, Lisa menggandeng desainer tas HERVIOLET yang konsisten mengangkat wastra Indonesia khususnya menggunakan material tenun buatan tangan (tenun gedog) dari Sumba dalam bentuk tas hobo, tote bag , sling bag, duffle bag dan bucket bag.
Bagi Lisa, teman adalah sebagai support system dengan banyak hal positif dalam perkembangan pendewasaan hidup maupun karirnya sebagai perancang busana yang telah berkiprah selama hampir 14 tahun.
Menurut dia, menjadi salah satu founder IFC merupakan suatu berkah dari Tuhan yang telah memberikan kepadanya sebuah keluarga kedua harmonis dan menjadi tempat nyaman untuk saling belajar, saling berbagi dan bebas berekspresi dalam berkarya. Meskipun, kadang timbul perdebatan, perselisihan namun ada saling menyayangi dan merindukan satu sama lain.
Baca juga: Desainer Lisa Fitria rilis merek busana bertema otomotif di JFT 2022
Baca juga: Kesederhanaan dan pesan Presiden Jokowi lewat busana adat Suku Baduy
Baca juga: Kebohongan putih di tangan Lisa Fitria
Karya "Teman Tapi Mesra" ini Lisa terjemahkan dalam warna hitam putih monokrom untuk memberikan pesan bahwa banyaknya suka dan duka yang dilewati bersama dengan IFC. Dia, seperti dalam keterangan tertulisnya, Sabtu menyatakan, highlight warna oranye dalam koleksi dimaknai sebagai banyaknya manfaat IFC secara materi maupun nonmateri bagi perubahan hidup Lisa.
Untuk motif dalam koleksi, Lisa terinspirasi dari tenun pahikung Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diaplikasikan pada border itik, yaitu border dengan cara bordir menggunakan mesin jahit manual kecil karya perajin dari Kudus yaitu Bordir Larisma.
Perajin ini masih konsisten melestarikan teknik Bordir itik sampai saat ini. Pengerjaan bordir itik ini memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan teknik mesin besar (mesin Juki) atau Bordir digital.
Kelebihannya bordir ini menampilkan tekstur border yang unik berupa titik titik benang yang kecil kecil rapat dan benang hasil bordiran terlihat lebih cerah.
Untuk kain, Lisa menggunakan banyak variasi antara lain Organza Silk, Raw silk , 100% Katun, Linen, Jersey ,Tulle dan poly suiting yang diwujudkan dalam delapan look dengan tampilan yang terdiri dari coat, skirt, kulot , celana midi, blouse, jaket bomber, blouse oversize dan dress panjang.
Untuk melengkapi tampilan koleksi TTM ini, Lisa Fitria berkolaborasi dengan SIMA shoes karya Kraznaya putri dari pemilik Tegep Boots. Kraznaya mendesain gaya baru sepatu dan sandal dengan warna-warna pop untuk anak anak remaja dan pribadi yang ingin selalu berjiwa muda.
Kemudian, untuk menyempurnakan keseluruhan koleksinya, Lisa menggandeng desainer tas HERVIOLET yang konsisten mengangkat wastra Indonesia khususnya menggunakan material tenun buatan tangan (tenun gedog) dari Sumba dalam bentuk tas hobo, tote bag , sling bag, duffle bag dan bucket bag.
Bagi Lisa, teman adalah sebagai support system dengan banyak hal positif dalam perkembangan pendewasaan hidup maupun karirnya sebagai perancang busana yang telah berkiprah selama hampir 14 tahun.
Menurut dia, menjadi salah satu founder IFC merupakan suatu berkah dari Tuhan yang telah memberikan kepadanya sebuah keluarga kedua harmonis dan menjadi tempat nyaman untuk saling belajar, saling berbagi dan bebas berekspresi dalam berkarya. Meskipun, kadang timbul perdebatan, perselisihan namun ada saling menyayangi dan merindukan satu sama lain.
Baca juga: Desainer Lisa Fitria rilis merek busana bertema otomotif di JFT 2022
Baca juga: Kesederhanaan dan pesan Presiden Jokowi lewat busana adat Suku Baduy
Baca juga: Kebohongan putih di tangan Lisa Fitria
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022
Tags: