Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengingatkan pentingnya pencegahan anemia pada ibu hamil guna mendukung kesehatan ibu dan bayi.

"Pencegahan anemia pada ibu hamil sangat penting guna mencegah berbagai masalah kesehatan," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto dihubungi di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Peneliti: Perkuat edukasi mengenai pencegahan anemia pada anak

Agus mencontohkan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko melahirkan bayi stunting.

"Anemia pada ibu hamil berpotensi menjadikan bayi yang dikandung pertumbuhannya kurang optimal selain itu juga meningkatkan risiko pendarahan saat proses melahirkan," katanya.

Baca juga: Cegah anemia, BRIN buat bakso ikan yang diperkaya daun kelor

Dia juga menambahkan, upaya pencegahan kejadian anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya memastikan pemenuhan asupan gizi seimbang bagi ibu hamil selama masa kehamilan.

Selain itu, menjaga kesehatan reproduksi dan juga melakukan pemeriksaan rutin selama masa kehamilan, seperti memeriksa kadar hemoglobin.

"Jika diperlukan bisa juga dengan mengonsumsi tablet tambah darah dan rutin melakukan pemeriksaan agar dapat mengetahui kondisi ibu dan bayi yang dikandung selama kehamilan," katanya.

Baca juga: Dokter: Obesitas dapat tingkatkan risiko kecacatan pada janin

Agus menambahkan bahwa Kemenko PMK terus berupaya mendorong peran keluarga dalam pendampingan ibu hamil guna mencegah kejadian anemia.

Kemenko PMK, tambah dia, juga mengajak seluruh kementerian dan lembaga untuk meningkatkan komitmen dan kolaborasi lintas sektor terkait rencana penyelenggaraan Gerakan Ibu Hamil Sehat.

"Sinergi dan kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan guna mewujudkan ibu hamil yang sehat yang akan melahirkan bayi yang juga sehat yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini," katanya.

Baca juga: Deteksi dini HIV pada ibu hamil penting untuk cegah penularan ke anak

Dengan demikian, kata dia, diharapkan akan mendukung program penurunan prevalensi kekerdilan atau stunting yang ditargetkan turun sebesar tiga persen per tahun.

Agus menjelaskan bahwa prevalensi stunting saat ini sebesar 24,4 persen, sementara pemerintah menargetkan angka stunting dapat turun menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang. T.W004

Baca juga: Dokter: Perhatikan kenaikan berat badan hindari bahaya kehamilan
Baca juga: Kemenkes: Komunikasi perubahan perilaku kendala RI hadapi stunting