Menko Airlangga: Ekonomi RI mampu tunjukkan pencapaian impresif
9 Desember 2022 17:39 WIB
Arsip foto - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam wawancara dengan harian Rakyat Merdeka di Jakarta, Sabtu (4/12/2022). ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian/pri.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menyatakan ekonomi Indonesia mampu menunjukkan pencapaian impresif di berbagai leading indicator di tengah tantangan kondisi ketidakpastian global saat ini.
“Di tengah kondisi ketidakpastian dan eskalasi dampak the perfect storm global, perekonomian kita justru menunjukkan resiliensi dengan capaian impresif di berbagai leading indicator,” katanya di Jakarta, Jumat.
Airlangga menuturkan pencapaian ini tidak terlepas dari serangkaian kebijakan extraordinary measures dengan konsep people first policy yang diambil pemerintah dalam program penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Vaksinasi sebagai game changer dalam penanganan pandemi terus diakselerasi yang hingga saat ini tercatat telah dilakukan sebanyak lebih dari 445 juta dosis.
Hingga 6 Desember 2022, vaksinasi dosis pertama tercatat telah diberikan sebanyak 203.759.538 atau 86,83 persen dari target sedangkan dosis kedua sebanyak 174.345.886 atau 74,3 persen dari target.
Kemudian dosis ketiga sebanyak 67.235.823 atau 28,65 persen dari target dan dosis keempat sebanyak 959.495 atau 4,17 persen dari target.
Pemerintah juga telah melakukan vaksinasi booster kedua untuk lansia guna memitigasi dampak sub varian baru omicron dan menetapkan PPKM Level 1 untuk semua kabupaten dan kota.
Seiring semakin terkendalinya kasus COVID-19, perekonomian nasional untuk 2022 mampu mencatatkan kinerja solid dengan pertumbuhan 5,72 persen (yoy) pada kuartal III atau 1,81 persen (qtq) dan tetap memiliki prospek untuk bertengger pada 5,2 persen (yoy) pada akhir tahun.
Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,39 persen (yoy) dan PMTB tumbuh 4,96 persen (yoy) sedangkan sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makanan minuman juga kembali pulih.
Prospek positif itu diperkirakan terus berlanjut pada 2023 yaitu ekonomi nasional diperkirakan tumbuh 5,3 persen (yoy) sejalan dengan skenario sejumlah lembaga internasional yang memprediksi ekonomi Indonesia tahun depan tumbuh 4,7 persen sampai 5,1 persen.
Pertumbuhan impresif turut didorong kinerja ekonomi spasial yang menguat di berbagai wilayah mulai dari Pulau Jawa 56,39 persen, Sumatera 22 persen, Kalimantan 9,42 persen, Sulawesi 7,11 persen, Bali Nusra 2,74 persen dan Maluku Papua 2,43 persen.
Kondisi inflasi nasional yang sempat dipicu oleh kenaikan harga BBM pada September dan melaju hingga sebesar 5,71 persen pada Oktober pun relatif telah terkendali dan turun menjadi 5,42 persen pada November.
Tingkat inflasi Indonesia terhitung lebih baik dari banyak negara lainnya seperti Argentina 88 persen, Turki 85,5 persen, United Kingdom 11,1 persen dan Uni Eropa 10,7 persen.
“Artinya dengan tantangan yang sama tapi Indonesia bisa mengelola lebih baik angka-angka tersebut walaupun di Indonesia kenaikan harga energi “dibeli” oleh pemerintah,” ujar Airlangga.
Menurutnya, perkembangan positif inflasi tidak terlepas dari pengaruh sinergi kebijakan yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia, Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Pemerintah juga telah melakukan upaya stabilisasi harga melalui kebijakan 4K yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
Meski dibayangi potensi penurunan harga komoditas dan pelemahan permintaan global, capaian positif turut terjadi di neraca perdagangan yang pada Oktober 2022 surplus 5,67 miliar dolar AS atau melanjutkan surplus selama 30 bulan berturut turut sejak Mei 2020.
Surplus neraca perdagangan itu merupakan imbas dari kinerja ekspor tahun ini yang menguat didominasi oleh peningkatan harga komoditas ekspor khususnya pada komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara, CPO dan besi baja.
Pada November 2022, sektor manufaktur juga menunjukkan kinerja positif dengan capaian PMI Indonesia yang tetap terjaga di level optimis pada posisi 50,3.
Terakhir, akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini sekaligus didukung oleh peningkatan kinerja leading indicator di sektor ketenagakerjaan yang terus membaik dalam kemampuan menyerap tenaga kerja meski didominasi sektor pertanian.
Dibanding Agustus 2021 yang masih tercatat 6,49 persen, tingkat pengangguran terus mengalami penurunan menjadi 5,86 persen pada Agustus 2022 diikuti penurunan jumlah penduduk usia bekerja terdampak COVID-19 menjadi sebanyak 17,17 juta orang.
Baca juga: Airlangga: RI patut miliki kewaspadaan tinggi hadapi stagflasi global
Baca juga: Pemerintah perkirakan inflasi akhir tahun 5,34-5,5 persen
“Di tengah kondisi ketidakpastian dan eskalasi dampak the perfect storm global, perekonomian kita justru menunjukkan resiliensi dengan capaian impresif di berbagai leading indicator,” katanya di Jakarta, Jumat.
Airlangga menuturkan pencapaian ini tidak terlepas dari serangkaian kebijakan extraordinary measures dengan konsep people first policy yang diambil pemerintah dalam program penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Vaksinasi sebagai game changer dalam penanganan pandemi terus diakselerasi yang hingga saat ini tercatat telah dilakukan sebanyak lebih dari 445 juta dosis.
Hingga 6 Desember 2022, vaksinasi dosis pertama tercatat telah diberikan sebanyak 203.759.538 atau 86,83 persen dari target sedangkan dosis kedua sebanyak 174.345.886 atau 74,3 persen dari target.
Kemudian dosis ketiga sebanyak 67.235.823 atau 28,65 persen dari target dan dosis keempat sebanyak 959.495 atau 4,17 persen dari target.
Pemerintah juga telah melakukan vaksinasi booster kedua untuk lansia guna memitigasi dampak sub varian baru omicron dan menetapkan PPKM Level 1 untuk semua kabupaten dan kota.
Seiring semakin terkendalinya kasus COVID-19, perekonomian nasional untuk 2022 mampu mencatatkan kinerja solid dengan pertumbuhan 5,72 persen (yoy) pada kuartal III atau 1,81 persen (qtq) dan tetap memiliki prospek untuk bertengger pada 5,2 persen (yoy) pada akhir tahun.
Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,39 persen (yoy) dan PMTB tumbuh 4,96 persen (yoy) sedangkan sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makanan minuman juga kembali pulih.
Prospek positif itu diperkirakan terus berlanjut pada 2023 yaitu ekonomi nasional diperkirakan tumbuh 5,3 persen (yoy) sejalan dengan skenario sejumlah lembaga internasional yang memprediksi ekonomi Indonesia tahun depan tumbuh 4,7 persen sampai 5,1 persen.
Pertumbuhan impresif turut didorong kinerja ekonomi spasial yang menguat di berbagai wilayah mulai dari Pulau Jawa 56,39 persen, Sumatera 22 persen, Kalimantan 9,42 persen, Sulawesi 7,11 persen, Bali Nusra 2,74 persen dan Maluku Papua 2,43 persen.
Kondisi inflasi nasional yang sempat dipicu oleh kenaikan harga BBM pada September dan melaju hingga sebesar 5,71 persen pada Oktober pun relatif telah terkendali dan turun menjadi 5,42 persen pada November.
Tingkat inflasi Indonesia terhitung lebih baik dari banyak negara lainnya seperti Argentina 88 persen, Turki 85,5 persen, United Kingdom 11,1 persen dan Uni Eropa 10,7 persen.
“Artinya dengan tantangan yang sama tapi Indonesia bisa mengelola lebih baik angka-angka tersebut walaupun di Indonesia kenaikan harga energi “dibeli” oleh pemerintah,” ujar Airlangga.
Menurutnya, perkembangan positif inflasi tidak terlepas dari pengaruh sinergi kebijakan yang erat antara pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia, Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Pemerintah juga telah melakukan upaya stabilisasi harga melalui kebijakan 4K yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
Meski dibayangi potensi penurunan harga komoditas dan pelemahan permintaan global, capaian positif turut terjadi di neraca perdagangan yang pada Oktober 2022 surplus 5,67 miliar dolar AS atau melanjutkan surplus selama 30 bulan berturut turut sejak Mei 2020.
Surplus neraca perdagangan itu merupakan imbas dari kinerja ekspor tahun ini yang menguat didominasi oleh peningkatan harga komoditas ekspor khususnya pada komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara, CPO dan besi baja.
Pada November 2022, sektor manufaktur juga menunjukkan kinerja positif dengan capaian PMI Indonesia yang tetap terjaga di level optimis pada posisi 50,3.
Terakhir, akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini sekaligus didukung oleh peningkatan kinerja leading indicator di sektor ketenagakerjaan yang terus membaik dalam kemampuan menyerap tenaga kerja meski didominasi sektor pertanian.
Dibanding Agustus 2021 yang masih tercatat 6,49 persen, tingkat pengangguran terus mengalami penurunan menjadi 5,86 persen pada Agustus 2022 diikuti penurunan jumlah penduduk usia bekerja terdampak COVID-19 menjadi sebanyak 17,17 juta orang.
Baca juga: Airlangga: RI patut miliki kewaspadaan tinggi hadapi stagflasi global
Baca juga: Pemerintah perkirakan inflasi akhir tahun 5,34-5,5 persen
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: