Jakarta (ANTARA) - Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari mendorong pengembangan pangan fungsional berbahan lokal dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

“Potensi pangan fungsional seharusnya bisa diangkat sebagai upaya penyelesaian masalah pangan di tingkat lokal, regional, nasional dan global," kata Puji dalam webinar BRIN yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Jumat.

Oleh karena itu, BRIN terus melakukan riset dan pengembangan untuk menghasilkan berbagai macam pangan fungsional yang juga bermanfaat untuk menunjang kesehatan masyarakat.

Pangan fungsional merupakan pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen pangan yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu di luar fungsi dasarnya yang terbukti tidak membahayakan tapi bermanfaat bagi kesehatan.

Beberapa fungsi fisiologis yang terdapat di dalam pangan fungsional antara lain untuk mencegah timbulnya penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan, dan menyehatkan kembali.

Puji menuturkan dampak pandemi COVID-19, perubahan iklim dan krisis geopolitik telah mengakibatkan ketidaksesuaian permintaan dan pasokan pangan. Kondisi itu berpotensi mendorong harga pangan ke level yang lebih tinggi sampai 2023.

Saat ini Pemerintah Indonesia giat mencari alternatif sumber pangan baru baik secara individu ataupun kolektif guna memperkuat stabilitas pangan dan sosial sehingga menurut Puji, pangan fungsional dapat menjadi salah satu solusinya.

Ia menuturkan kesadaran masyarakat akan kesehatan secara tidak langsung memengaruhi pertumbuhan produk pangan fungsional. Semakin meningkatnya tingkat perubahan gaya hidup menyebabkan masyarakat cenderung ke produk pangan yang bukan hanya mengenyangkan namun juga memiliki fungsi kesehatan tertentu.

Pangan fungsional harus menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan keamanan, bermanfaat bagi kesehatan dan disajikan serta dikonsumsi sebagaimana layaknya makanan atau minuman. Sebagai produk pangan, pangan fungsional juga memiliki karakteristik dan citarasa dapat diterima konsumen.

Sebelumnya, peneliti bidang pangan dan gizi Pusat Riset Teknologi Tepat Guna BRIN Ainia Herminiati mengatakan potensi bahan pangan lokal yang dapat dijadikan pangan fungsional, di antaranya buah-buahan sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat pangan yang diperlukan untuk menjaga sistem imunitas tubuh.

Tercatat 400 jenis tanaman buah-buahan asli Indonesia dan introduksi. Proses suplementasi, fortifikasi, dan "enrichment" dapat dilakukan pada pengembangan inovasi pangan lokal.

Beberapa contoh produk riset untuk pangan fungsional antara lain banana bar prebiotik, banana flake yang dapat dikonsumsi balita, produk dari mocaf yang difortifikasi vitamin dan mineral menjadi mi kering, pasta, bubur instan, puding instan, biskuit, dan makanan ringan.

Kemudian, ada minuman lidah buaya (Aloegin) sebagai immunostimulan, produk minuman berbasis ciplukan untuk pencegahan diabetes melitus, dan minuman kesehatan serbuk probiotik dari bahan baku umbi porang.

Baca juga: BRIN: Optimalisasi lahan rawa wujudkan ketahanan pangan nasional
Baca juga: Komitmen memperkokoh ketahanan pangan di tanah air