Kepala BPS sebut penyerapan beras Bulog seharusnya Maret-April
7 Desember 2022 19:45 WIB
Pekerja memeriksa stok beras di gudang Bulog Sub divre Indramayu, Jawa Barat, Kamis (9/12/2021). (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/rwa).
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono menyebutkan bahwa penyerapan beras oleh Perum Bulog idealnya dilakukan pada masa panen raya di periode Maret hingga April, sementara pada akhir tahun seperti saat ini sebaiknya melakukan operasi pasar agar harga beras tidak melonjak tinggi.
"Saat panen raya itulah kita harusnya menyerap sebanyak-banyaknya, sebaliknya saat-saat tidak panen raya atau paceklik itulah saatnya intervensi oleh pemerintah. Jadi saat panen raya maksimalkan penyerapan saat tidak panen raya maksimalkan intervensinya supaya harga itu bisa terkendali," kata Margo Yuwono saat rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI di gedung parlemen Jakarta, Rabu.
Dia menyebutkan bahwa produksi padi nasional memiliki pola tanam dan pola panen yang relatif sama dari tahun ke tahun. Yaitu produksi beras mencapai puncaknya hingga 4,5 hingga 5,5 juta ton per bulan pada Maret-April, dan mencapai produksi terendah hanya 1 juta ton Desember dan Januari setiap tahunnya.
Sedangkan konsumsi beras nasional setiap bulannya stabil di angka 2,5 juta ton sepanjang tahun. Sehingga, kata Margo, produksi beras nasional masih surplus 1,7 juta ton setiap tahunnya.
Margo mengatakan apabila Bulog melakukan penyerapan beras di masa paceklik, maka akan kesulitan mendapatkan beras dan harganya sedang tinggi.
Data BPS terkait harga beras tercatat selalu mengalami kenaikan pada akhir tahun seiring dengan pasokan yang menurun karena produksi beras rendah, sesuai dengan prinsip supply dan demand.
Kenaikan harga beras pada periode September, Oktober, November pada 2021 lebih rendah dibandingkan kenaikan pada 2022. Harga beras naik 0,33 persen pada September 2021, turun 0,10 persen pada Oktober 2021, dan naik 0,03 persen pada November 2021.
Berbeda dengan kenaikan pada September hingga November 2022 di angka 1,44 persen, 1,13 persen, dan 0,37 persen. Margo mengatakan kenaikan harga beras pada 2022 dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM.
Namun Margo menerangkan bahwa tipisnya kenaikan harga beras pada November 2022 menandakan pasokan beras tetap aman di pasar. "Harga ini adalah sinyal daripada kecukupan, jadi kalau harganya naik dengan tipis-tipis, kita tidak terlalu worry, begitu melihatnya," kata Margo.
Baca juga: CIPS: Bulog terhalang HPP serap lebih banyak beras
Baca juga: Buwas: Bulog siap serap gabah petani minimal 1,2 juta ton tahun ini
"Saat panen raya itulah kita harusnya menyerap sebanyak-banyaknya, sebaliknya saat-saat tidak panen raya atau paceklik itulah saatnya intervensi oleh pemerintah. Jadi saat panen raya maksimalkan penyerapan saat tidak panen raya maksimalkan intervensinya supaya harga itu bisa terkendali," kata Margo Yuwono saat rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI di gedung parlemen Jakarta, Rabu.
Dia menyebutkan bahwa produksi padi nasional memiliki pola tanam dan pola panen yang relatif sama dari tahun ke tahun. Yaitu produksi beras mencapai puncaknya hingga 4,5 hingga 5,5 juta ton per bulan pada Maret-April, dan mencapai produksi terendah hanya 1 juta ton Desember dan Januari setiap tahunnya.
Sedangkan konsumsi beras nasional setiap bulannya stabil di angka 2,5 juta ton sepanjang tahun. Sehingga, kata Margo, produksi beras nasional masih surplus 1,7 juta ton setiap tahunnya.
Margo mengatakan apabila Bulog melakukan penyerapan beras di masa paceklik, maka akan kesulitan mendapatkan beras dan harganya sedang tinggi.
Data BPS terkait harga beras tercatat selalu mengalami kenaikan pada akhir tahun seiring dengan pasokan yang menurun karena produksi beras rendah, sesuai dengan prinsip supply dan demand.
Kenaikan harga beras pada periode September, Oktober, November pada 2021 lebih rendah dibandingkan kenaikan pada 2022. Harga beras naik 0,33 persen pada September 2021, turun 0,10 persen pada Oktober 2021, dan naik 0,03 persen pada November 2021.
Berbeda dengan kenaikan pada September hingga November 2022 di angka 1,44 persen, 1,13 persen, dan 0,37 persen. Margo mengatakan kenaikan harga beras pada 2022 dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM.
Namun Margo menerangkan bahwa tipisnya kenaikan harga beras pada November 2022 menandakan pasokan beras tetap aman di pasar. "Harga ini adalah sinyal daripada kecukupan, jadi kalau harganya naik dengan tipis-tipis, kita tidak terlalu worry, begitu melihatnya," kata Margo.
Baca juga: CIPS: Bulog terhalang HPP serap lebih banyak beras
Baca juga: Buwas: Bulog siap serap gabah petani minimal 1,2 juta ton tahun ini
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: