Moskow (ANTARA) - Produksi minyak dan gas kondensat Rusia Januari-November naik 2,2 persen dari setahun sebelumnya menjadi 488 juta ton, kata kantor berita Interfax pada Selasa (6/12/2022), mengutip Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, yang memperkirakan sedikit penurunan produksi menyusul sanksi baru.

Negara-negara Uni Eropa yang telah menjadi pembeli utama minyak mentah Rusia selama beberapa dekade berhenti membelinya dari pelabuhan laut mulai 5 Desember di bawah embargo yang diberlakukan oleh blok tersebut.

Negara-negara Kelompok Tujuh (G7), Australia dan 27 negara Uni Eropa juga telah memperkenalkan batas harga 60 dolar AS per barel untuk minyak Rusia.

Produksi minyak dan gas kondensat Rusia dari Januari hingga November rata-rata 10,91 juta barel per hari, menurut perhitungan Reuters.

Berbicara kepada wartawan pada Selasa malam (6/12/2022), Novak mengatakan permintaan minyak Rusia masih akan tinggi menyusul sanksi tersebut.

Baca juga: Minyak naik setelah pembatasan harga minyak Rusia dan pertemuan OPEC+

“Konsumsi global, pertumbuhan ekonomi di dunia harus dilengkapi dengan sumber daya energi. Tidak banyak minyak di dunia, dan minyak Rusia selalu dan akan diminati. Ya, rantai pasokan akan berubah. Namun demikian, kami tidak melihat tragedi apa pun dalam hal ini," kata Novak menurut Interfax.

Dia juga mengatakan bahwa Rusia dapat memangkas produksi minyaknya di tengah ketidakpastian.

"Saya kira volume (penurunan) tidak akan besar. Namun demikian, kami tidak mengesampingkan hal ini, meskipun kami melakukan segalanya untuk memastikan situasi stabil," kata Novak seperti dikutip kantor berita TASS.

Sumber perusahaan mengatakan kepada Reuters bahwa produksi minyak Rusia bisa turun 500.000 menjadi 1 juta barel per hari pada awal tahun 2023 setelah larangan Uni Eropa.

Harian Kommersant mengutip sumber pada Selasa (6/12/2022) melaporkan produksi November Rusia rata-rata 1,486 juta ton (10,89 juta barel) per hari, naik 2,0 persen dari Oktober.

Surat kabar itu mengatakan produksi didukung oleh dimulainya kembali produksi di proyek lepas pantai Pacific Sakhalin 1, yang sebelumnya dipimpin oleh ExxonMobil, yang meninggalkannya setelah Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari.

Baca juga: Harga minyak jatuh di atas 3 persen, ikuti pasar saham AS yang rendah