BI optimistis inflasi bisa dijaga sekitar 3 persen di 2023
5 Desember 2022 16:26 WIB
Tangkapan layar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Solikin M Juhro dalam webinar di Jakarta, Senin (5/12/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Solikin M Juhro optimistis bisa menjaga inflasi tahunan di sekitar 3 persen plus minus 1 persen pada 2023.
“Ke depan multi policy yang kita jalankan dapat menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan. Dengan itu kita optimistis inflasi sebesar 3 persen plus minus 1 persen bisa tercapai dengan baik,” kata Solikin dalam webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia yang dipantau di Jakarta, Senin.
Untuk mencapai target tersebut, di tengah tantangan perekonomian global, Bank Indonesia mengambil berbagai langkah antara lain dengan meningkatkan suku bunga acuan BI secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking.
Ia menyebut suku bunga acuan BI perlu dinaikkan lebih tinggi di awal untuk mengantisipasi risiko inflasi, dengan mempertimbangkan risiko ke depan.
Dengan peningkatan suku bunga acuan BI, ekspektasi inflasi pun menurun dari sebelumnya 6,9 menjadi kembali ke bawah 6 persen pada 2022, tetapi nilai ini masih lebih tinggi dari target pemerintah.
“Kita juga mengendalikan dan menstabilkan nilai tukar rupiah yang bisa menjadi sumber inflated inflation. Harga komoditas juga terus kita pantau,” imbuhnya.
Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dan bersinergi dengan pemerintah untuk mengendalikan inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) maupun Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
“Kita punya TPIP dan TPIP yang jumlahnya hampir 600. Kita bayangkan pada 2008 jumlahnya masih beberapa gelintir saja, tapi sekarang sudah lebih dari 500, ini menjadi keunikan dan berkah di Indonesia,” ucapnya.
Baca juga: BI: Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi semakin kuat
Baca juga: Sri Mulyani: Pandemi hingga geopolitik tekan pemulihan ekonomi
“Ke depan multi policy yang kita jalankan dapat menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan. Dengan itu kita optimistis inflasi sebesar 3 persen plus minus 1 persen bisa tercapai dengan baik,” kata Solikin dalam webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia yang dipantau di Jakarta, Senin.
Untuk mencapai target tersebut, di tengah tantangan perekonomian global, Bank Indonesia mengambil berbagai langkah antara lain dengan meningkatkan suku bunga acuan BI secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking.
Ia menyebut suku bunga acuan BI perlu dinaikkan lebih tinggi di awal untuk mengantisipasi risiko inflasi, dengan mempertimbangkan risiko ke depan.
Dengan peningkatan suku bunga acuan BI, ekspektasi inflasi pun menurun dari sebelumnya 6,9 menjadi kembali ke bawah 6 persen pada 2022, tetapi nilai ini masih lebih tinggi dari target pemerintah.
“Kita juga mengendalikan dan menstabilkan nilai tukar rupiah yang bisa menjadi sumber inflated inflation. Harga komoditas juga terus kita pantau,” imbuhnya.
Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dan bersinergi dengan pemerintah untuk mengendalikan inflasi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) maupun Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
“Kita punya TPIP dan TPIP yang jumlahnya hampir 600. Kita bayangkan pada 2008 jumlahnya masih beberapa gelintir saja, tapi sekarang sudah lebih dari 500, ini menjadi keunikan dan berkah di Indonesia,” ucapnya.
Baca juga: BI: Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi semakin kuat
Baca juga: Sri Mulyani: Pandemi hingga geopolitik tekan pemulihan ekonomi
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: