Mendag mengatakan minyak makan merah memiliki kandungan vitamin yang lebih bagus dibanding minyak goreng sawit pada umumnya.
"Sebetulnya minyak makan merah itu lebih sehat, karena vitaminnya itu nggak habis," ungkapnya.
Meski demikian, jelasnya, terdapat problem yaitu merubah pikiran atau anggapan (mindset) masyarakat yang belum terbiasa menggunakan minyak goreng sawit (MGS) komersial.
"Sebetulnya minyak merah itu lebih sehat, karena vitaminnya itu ga abis, cuma kalau goreng kerupuk, kalau minyak biasa kinclong. Kalau minyak merah warnanya ya buram. Jadi kalau goreng kerupuk putih warnanya jadi coklat, tapi lebih gurih, kalau goreng ayam, ayam pake tepung digoreng pake minyak merah lebih crispy lebih legit," paparnya.
Sebelumnya pemerintah melalui Kementerian Koperasi mendorong produksi minyak makan merah berbasis koperasi, sebagai alternatif MGS komersil yang banyak digunakan masyarakat.
Sementara kisaran harga jual minyak makan merah sebesar Rp9 ribu per liter (dengan mengikuti fluktuasi harga CPO) bisa menjadi alternatif dari minyak goreng sawit (MGS) komersil dengan kandungan gizi yang patut dipertimbangkan masyarakat.
Baca juga: KemenKopUKM sebut minyak makan merah bisa jadi alternatif MGS
Baca juga: Teten: Kata Chef Juna, minyak makan merah mengunggah selera
Baca juga: Teten sebut tiga dampak dari pembangunan pabrik minyak makan merah
Baca juga: Peneliti PPKS: Minyak makan merah tak bisa dimanipulasi