Jubir Kemenlu China: AS biarkan Eropa tanggung konsekuensi krisis
3 Desember 2022 13:32 WIB
Zhao menyampaikan pernyataan tersebut dalam konferensi pers ketika diminta untuk mengomentari kritik dari Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap Undang-Undang (UU) Pengurangan Inflasi serta UU CHIPS dan Sains yang diluncurkan oleh AS, yang menurut Macron akan "memecah belah negara-negara Barat" sekaligus menciptakan perbedaan antara AS dan Eropa.
Beijing (ANTARA) - Jubir Kemenlu China Zhao Lijian mengatakan Amerika Serikat membiarkan Eropa menanggung konsekuensi krisis.
Zhao mengatakan bahwa UU Pengurangan Inflasi AS, yang dirancang untuk memenuhi kepentingan AS, tidak menunjukkan rasa hormat terhadap negara-negara lain, bahkan negara-negara yang disebut oleh AS sebagai sekutu dan mitranya.
"Ini merupakan contoh lain dari pendekatan 'America-first' AS yang bersifat menguasai," ujarnya.
Belakangan ini, beberapa pemimpin dan pejabat Eropa mengatakan bahwa AS tidak seharusnya menggunakan UU Pengurangan Inflasi dengan cara yang merugikan negara-negara sahabatnya karena dapat mengakibatkan pengalihan investasi masa depan yang signifikan dari Eropa.
"AS menyebut Eropa sebagai sekutu penting. Namun, pada kenyataannya, AS membiarkan Eropa menanggung konsekuensi dalam krisis ini," kata Zhao, seraya mengatakan bahwa di saat AS mengambil keuntungan dari krisis Ukraina, Eropa justru menderita akibat inflasi yang tinggi dan melonjaknya harga energi.
"Bahkan hingga hari ini, Eropa masih berupaya membereskan kekacauan yang disebabkan oleh AS di Suriah, Afghanistan, dan Irak," imbuhnya.
Mengutip komentar dari media Eropa yang mempertanyakan mengapa perdamaian dan kemakmuran Eropa harus bergantung pada kepentingan AS, Zhao mengatakan itu memang pertanyaan yang perlu ditanggapi dengan serius oleh Eropa dan seluruh dunia.
Zhao mengatakan bahwa UU Pengurangan Inflasi AS, yang dirancang untuk memenuhi kepentingan AS, tidak menunjukkan rasa hormat terhadap negara-negara lain, bahkan negara-negara yang disebut oleh AS sebagai sekutu dan mitranya.
"Ini merupakan contoh lain dari pendekatan 'America-first' AS yang bersifat menguasai," ujarnya.
Belakangan ini, beberapa pemimpin dan pejabat Eropa mengatakan bahwa AS tidak seharusnya menggunakan UU Pengurangan Inflasi dengan cara yang merugikan negara-negara sahabatnya karena dapat mengakibatkan pengalihan investasi masa depan yang signifikan dari Eropa.
"AS menyebut Eropa sebagai sekutu penting. Namun, pada kenyataannya, AS membiarkan Eropa menanggung konsekuensi dalam krisis ini," kata Zhao, seraya mengatakan bahwa di saat AS mengambil keuntungan dari krisis Ukraina, Eropa justru menderita akibat inflasi yang tinggi dan melonjaknya harga energi.
"Bahkan hingga hari ini, Eropa masih berupaya membereskan kekacauan yang disebabkan oleh AS di Suriah, Afghanistan, dan Irak," imbuhnya.
Mengutip komentar dari media Eropa yang mempertanyakan mengapa perdamaian dan kemakmuran Eropa harus bergantung pada kepentingan AS, Zhao mengatakan itu memang pertanyaan yang perlu ditanggapi dengan serius oleh Eropa dan seluruh dunia.
Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: