Jakarta (ANTARA) - Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Raihan Sp.A mengatakan, cakupan vaksinasi polio yang tinggi akan bisa memutus mata rantai penularan virus polio di Indonesia.


"Virus ini tidak akan bisa hidup atau terputus mata rantai penularan-nya apabila cakupan itu tinggi dan merata jadi tidak hanya cukup di satu tempat tapi harus se-Indonesia," ucapnya dalam Media Group Interview mengenai perkembangan polio yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.

Baca juga: IDAI: Batuk pilek jangan jadi alasan tunda imunisasi anak Ia mengatakan, cakupan vaksinasi polio untuk memutus virus-nya harus lebih dari 95 persen di seluruh Indonesia. Jika cakupan-nya kurang dari 60 sampai 95 persen, kata Raihan, risiko terjadinya kasus polio akan tinggi dan bakal mengalami kejadian luar biasa.

Baca juga: DKI minta orang tua lengkapi imunisasi dasar anak cegah TBC dan polio Dokter spesialis anak di Aceh ini juga mengatakan, kasus polio yang terjadi di Aceh diakibatkan menurunnya cakupan imunisasi dan ketakutan orangtua terhadap imunisasi polio pada anak berdasarkan survei Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. "Survei Dinkes mencatat sebanyak 40 persen orangtua merasa vaksin polio tetes tidak perlu, dan pemahaman terhadap penyakit yang mungkin akan diderita anak-anaknya mereka khawatir anaknya demam, rewel, sakit jika di imunisasi polio suntik," ucap Raihan. Selain itu, Raihan mengatakan penularan polio lewat tinja juga harus dicegah dengan memperbaiki kebiasaan hidup bersih dan memiliki jamban yang langsung mengalir ke tanki septik, sehingga tidak mencemari lingkungan.


"Karena banyak yang masih melakukan aktivitas MCK di sungai, sementara keluarga tidak mempunyai jamban yang langsung ke septic tank yang bisa untuk memutus mata rantai tersebut," ucapnya.

Baca juga: Pakar Kesehatan Anak UGM: Cakupan vaksinasi polio perlu ditingkatkan Ia berharap imunisasi polio pada anak dilakukan secara lengkap sebanyak empat kali dalam periode usia nol sampai empat bulan baik secara oral atau tetes maupun suntik. Karena jika anak sudah terkena polio akan mengalami lumpuh layu lemas dan sifatnya akan permanen dan tidak kembali semula selama seumur hidup. "Jadi tidak cukup satu kali, harus lengkap empat kali dengan periode usia satu sampai empat bulan dan satu kali dengan polio suntik pada usia empat bulan pada saat memberikan pola tetes, kita butuh kekebalan komunitas," ucap Raihan.

Baca juga: Dinkes Yogyakarta ingatkan orang tua lengkapi vaksinasi polio anak Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, Aceh, menyatakan realisasi imunisasi polio di kabupaten itu telah mencapai 49,5 persen dari dari target 91.484 anak dalam pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN).

Sasaran estimasi dari Pusdatin Kemenkes RI untuk Sub PIN Polio Kabupaten setempat mencapai 95.603 anak dengan rincian 0 sampai 59 bulan mencapai 39.251 anak, dan lima sampai tujuh tahun 16.112 anak, dan tujuh sampai 12 tahun mencapai 40.240 anak.

Baca juga: Menkes: Vaksinasi polio massal akan dilaksanakan di Pidie pekan depan