Ekspor produk baja meningkat pesat dalam lima tahun terakhir
2 Desember 2022 12:57 WIB
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Iwan (Tengah) Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, I Gusti Putu Suryawirawan (Kanan) saat memberi keterangan kepada wartawan di sela acara The Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) Business Forum 2022 di Surabaya, Jumat (2/12/2022). (ANTARA/Willi Irawan)
Surabaya (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, I Gusti Putu Suryawirawan mengungkapkan ekspor produk baja mengalami peningkatan pesat dalam lima tahun terakhir.
"Ekspor produk baja meningkat pesat dari 1,3 juta ton pada tahun 2017 menjadi 5,2 juta ton pada tahun 2021 dengan volume produksi meningkat dari 7,9 menjadi 14 juta ton pada kurun waktu yang sama," ujarnya di acara The Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) Business Forum 2022 di Surabaya, Jumat.
Putu mengatakan, meskipun kinerja industri baja nasional mengalami perbaikan dari sisi ekspor dan produksi, namun demikian tingkat utilisasi kapasitas industri baja nasional masih di bawah 60 persen yang terutama disebabkan oleh masih tingginya produk impor yang masih mencapai 6,6 juta ton pada tahun 2021.
"Kami berharap agar kebijakan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri) dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) harus terus diterapkan khususnya dalam menghadapi kelebihan kapasitas produksi regional dan global serta munculnya praktik perdagangan tidak adil (unfair trade)," ucap Putu, sapaannya.
Baca juga: IISIA sebut industri baja nasional meningkat pesat
Selain itu, lanjut Putu, perlu terus digalakkan standarisasi produk baja untuk perlindungan konsumen dan menciptakan kondisi perdagangan yang adil.
"Kebijakan investasi yang tepat juga dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan kapasitas pada sektor yang masih membutuhkan investasi dan mengendalikan investasi pada sektor yang telah mengalami kelebihan kapasitas," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Iwan menambahkan, industri baja merupakan bagian dari subsektor industri logam dasar yang berdasarkan urutan kontribusi di tahun 2021 menempati posisi kelima atau mencapai 30,8 persen.
"Konsumsi industri baja Jawa Timur mencapai 20 sampai 25 persen atau setara 3,1 hingga 3,8 juta ton dari konsumsi baja nasional yang mencapai 15,5 juta ton di tahun 2021," ucap Iwan.
Iwan menyambut baik dan berterima kasih atas pemilihan Surabaya sebagai tempat dilangsungkannya IBF 2022.
Baca juga: Mendag minta pelaku industri baja perkuat sinergi dan dongkrak ekspor
"Saya percaya pemilihan ini sangat tepat mengingat pertumbuhan perekonomian Jawa Timur merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia," ujarnya.
Iwan berharap, penyelenggaraan acara IBF 2022 akan dapat mendorong kegiatan ekonomi secara khusus dengan mempromosikan Jawa Timur sebagai tempat berinvestasi bagi perusahaan baja, baik investor lokal maupun nasional.
"Ekspor produk baja meningkat pesat dari 1,3 juta ton pada tahun 2017 menjadi 5,2 juta ton pada tahun 2021 dengan volume produksi meningkat dari 7,9 menjadi 14 juta ton pada kurun waktu yang sama," ujarnya di acara The Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) Business Forum 2022 di Surabaya, Jumat.
Putu mengatakan, meskipun kinerja industri baja nasional mengalami perbaikan dari sisi ekspor dan produksi, namun demikian tingkat utilisasi kapasitas industri baja nasional masih di bawah 60 persen yang terutama disebabkan oleh masih tingginya produk impor yang masih mencapai 6,6 juta ton pada tahun 2021.
"Kami berharap agar kebijakan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri) dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) harus terus diterapkan khususnya dalam menghadapi kelebihan kapasitas produksi regional dan global serta munculnya praktik perdagangan tidak adil (unfair trade)," ucap Putu, sapaannya.
Baca juga: IISIA sebut industri baja nasional meningkat pesat
Selain itu, lanjut Putu, perlu terus digalakkan standarisasi produk baja untuk perlindungan konsumen dan menciptakan kondisi perdagangan yang adil.
"Kebijakan investasi yang tepat juga dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan kapasitas pada sektor yang masih membutuhkan investasi dan mengendalikan investasi pada sektor yang telah mengalami kelebihan kapasitas," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Iwan menambahkan, industri baja merupakan bagian dari subsektor industri logam dasar yang berdasarkan urutan kontribusi di tahun 2021 menempati posisi kelima atau mencapai 30,8 persen.
"Konsumsi industri baja Jawa Timur mencapai 20 sampai 25 persen atau setara 3,1 hingga 3,8 juta ton dari konsumsi baja nasional yang mencapai 15,5 juta ton di tahun 2021," ucap Iwan.
Iwan menyambut baik dan berterima kasih atas pemilihan Surabaya sebagai tempat dilangsungkannya IBF 2022.
Baca juga: Mendag minta pelaku industri baja perkuat sinergi dan dongkrak ekspor
"Saya percaya pemilihan ini sangat tepat mengingat pertumbuhan perekonomian Jawa Timur merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia," ujarnya.
Iwan berharap, penyelenggaraan acara IBF 2022 akan dapat mendorong kegiatan ekonomi secara khusus dengan mempromosikan Jawa Timur sebagai tempat berinvestasi bagi perusahaan baja, baik investor lokal maupun nasional.
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: