Moskow (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Moskow bersedia bertanggungjawab dalam pengendalian senjata nuklir, tetapi menurut dia, tidak mungkin untuk membahas stabilitas nuklir dengan mengabaikan keterlibatan Barat dalam perang di Ukraina.

"Sangat jelas bahwa tidak mungkin membahas stabilitas strategis hari ini sambil mengabaikan semua yang terjadi di Ukraina. Karena tujuan di Ukraina telah diumumkan--bukan untuk menyelamatkan demokrasi Ukraina, tetapi untuk mengalahkan Rusia di medan perang, atau bahkan menghancurkan Rusia," kata Lavrov, Kamis.

Negara-negara Barat sebagai sekutu Ukraina mengatakan bahwa mereka mempersenjatai Kiev untuk membantu mempertahankan diri melawan agresi Rusia.
Mereka menolak pernyataan Rusia bahwa mereka mengeksploitasi Ukraina sebagai bagian dari strategi untuk melemahkan dan mengalahkan Rusia atau bahkan menghancurkannya.

Lavrov mengatakan Moskow telah menyatakan kesediaannya di masa lalu untuk membahas perpanjangan perjanjian senjata nuklir New START dengan Washington, guna mempertimbangkan senjata hipersonik terbarunya.

Dia mengatakan Rusia juga telah siap untuk melampaui pernyataan bersama dengan AS pada Juni 2021, yang mengatakan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangi dan tidak boleh dilakukan, dengan mengatakan bahwa perang apa pun antara kekuatan nuklir tidak dapat diterima.

Namun, Lavrov mengatakan naif bagi AS untuk mengharapkan Rusia membahas masalah nuklir strategis sementara. Di mata Moskow, AS berusaha menghancurkan Rusia.

Rusia minggu ini menarik diri dari pembicaraan yang seharusnya diadakan dengan AS di Kairo mengenai perjanjian New START, yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dapat dikerahkan masing-masing pihak.

Rusia menyalahkan keadaan hubungan yang mengerikan dan menuduh Washington melakukan perilaku anti-Rusia.


Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu Rusia: konfrontasi antara kekuatan nuklir harus dihindari
Baca juga: Lavrov salahkan Uni Eropa atas kehancuran hubungan dengan Rusia
Baca juga: Levrov: Lebih 1 juta orang sudah dievakuasi dari Ukraina ke Rusia