Kemendikbudristek terus jaga nilai wastra
30 November 2022 22:50 WIB
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid (kanan) di sela "Pameran Tenun Nusantara: Menjaga Tradisi untuk Bumi Lestari" di Kawasan Percandian Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu malam (30/11/2022). (ANTARA/ Zubi Mahrofi)
Magelang (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya menjaga warisan budaya yang kaya akan nilai, salah satunya wastra atau kain tradisional.
"Ini (Wastra) adalah karya yang luar biasa," ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid di sela "Pameran Tenun Nusantara: Menjaga Tradisi untuk Bumi Lestari" di Kawasan Percandian Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu malam.
Ia menambahkan, wastra adalah kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri. Wastra dianggap bernilai tinggi karena memiliki sejarah dan maknanya masing-masing.
Pameran yang mengambil tempat di Borobudur itu, ia menambahkan, juga karena memiliki cerita sejarah terkait wastra.
"Di dalam relief Borobudur sendiri sebenarnya juga ada informasi mengenai tenun atau Wastra sehingga ada koneksi historis yang dimiliki candi ini," tutur Hilmar Farid.
Dalam pameran itu juga ditampilkan perhiasan, dan artefak yang berasal dari Sumba, selain itu juga diselenggarakan Fashion Show Kabakil dari Edward Hutabarat Autumn Winter 2023.
Baca juga: Keragaman fesyen wastra Indonesia akan hadir di Pos Bloc
Dalam kesempatan itu, Edward Hutabarat mengatakan, kain tenun Sumba memiliki keindahan dari motif yang variatif dan nilai filosofis yang tetap dijaga.
Ia menambahkan, dibalik keindahan kain tenun ini juga ada serangkaian proses yang panjang dan tidak mudah.
"Ini mempresentasikan kesabaran. Dari mulai memintal sendiri benang dari kapas hingga nantinya menjadi kain," katanya.
Dalam tenun Sumba, ia mengatakan, ada satu proses yang disebut Kabakil yaitu teknik akhir dalam menyelesaikan sehelai Kain Sumba, yang dikerjakan dengan arah tenunan berlawanan dan dipelintir.
Proses itu, lanjut dia, memiliki fungsi untuk melindungi benang-benang agar tidak terlepas dari kain sehingga kain tenun yang melalui proses ini memiliki output kain yang sangat rapi.
"Kain tenun dengan Kabakil inilah yang menjadi nilai spesial dari kain tenun Sumba," tutur Edward.
"Ini (Wastra) adalah karya yang luar biasa," ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid di sela "Pameran Tenun Nusantara: Menjaga Tradisi untuk Bumi Lestari" di Kawasan Percandian Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu malam.
Ia menambahkan, wastra adalah kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri. Wastra dianggap bernilai tinggi karena memiliki sejarah dan maknanya masing-masing.
Pameran yang mengambil tempat di Borobudur itu, ia menambahkan, juga karena memiliki cerita sejarah terkait wastra.
"Di dalam relief Borobudur sendiri sebenarnya juga ada informasi mengenai tenun atau Wastra sehingga ada koneksi historis yang dimiliki candi ini," tutur Hilmar Farid.
Dalam pameran itu juga ditampilkan perhiasan, dan artefak yang berasal dari Sumba, selain itu juga diselenggarakan Fashion Show Kabakil dari Edward Hutabarat Autumn Winter 2023.
Baca juga: Keragaman fesyen wastra Indonesia akan hadir di Pos Bloc
Dalam kesempatan itu, Edward Hutabarat mengatakan, kain tenun Sumba memiliki keindahan dari motif yang variatif dan nilai filosofis yang tetap dijaga.
Ia menambahkan, dibalik keindahan kain tenun ini juga ada serangkaian proses yang panjang dan tidak mudah.
"Ini mempresentasikan kesabaran. Dari mulai memintal sendiri benang dari kapas hingga nantinya menjadi kain," katanya.
Dalam tenun Sumba, ia mengatakan, ada satu proses yang disebut Kabakil yaitu teknik akhir dalam menyelesaikan sehelai Kain Sumba, yang dikerjakan dengan arah tenunan berlawanan dan dipelintir.
Proses itu, lanjut dia, memiliki fungsi untuk melindungi benang-benang agar tidak terlepas dari kain sehingga kain tenun yang melalui proses ini memiliki output kain yang sangat rapi.
"Kain tenun dengan Kabakil inilah yang menjadi nilai spesial dari kain tenun Sumba," tutur Edward.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: