Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Swiss melakukan serah terima paket hibah peralatan Laboratorium Solar Fotovoltaik kepada Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) pada 30 November 2022.

Hibah tersebut diberikan melalui proyek kerja sama Renewable Energy Skills Development (RESD) yang didanai oleh State Secretariat for Economic Affairs (SECO).

“PPSDM KEBTKE sangat mendukung kerja sama proyek RESD antara BPSDM ESDM (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi Sumber Daya Mineral) dan SECO,” kata Kepala PPSDM KEBTKE Albertus Susetyo Edi Prabowo dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu.

Penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) dilakukan oleh Albertus dengan Martin Stottele selaku Pimpinan Proyek RESD. Paket peralatan laboratorium terdiri dari peralatan solar PV portabel, peralatan panel surya rooftop ground mount dan pole mount, serta prasarana pendukung lainnya.

Albertus mengapresiasi peralatan laboratorium PLTS dari Pemerintah Swiss dan dukungan teknis lainnya untuk menyelenggarakan Program Pelatihan Teknisi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang akan dimulai pada tahun 2023 oleh PPSDM KEBTKE.

“PPSDM KEBTKE yang berada di bawah BPSDM Kementerian ESDM merupakan pusat pelatihan ketenagalistrikan, energi baru, terbarukan, dan konservasi energi berkomitmen untuk mendukung program Pemerintah Indonesia menuju energi yang bersih dan berkelanjutan, terutama dari aspek ketersediaan tenaga kerja yang kompeten dengan kemampuan teknis sesuai kebutuhan industri,” ucapnya.

Martin Stottele menyatakan hibah peralatan laboratorium solar PV kepada PPSDM KEBTKE merupakan wujud dukungan Pemerintah Swiss bagi Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan program transisi energi dengan target bauran energi terbarukan mencapai 23 persen pada tahun 2025, terutama dalam hal pengembangan SDM.

“Kami berharap agar peralatan laboratorium energi terbarukan di PPSDM KEBTKE ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran peserta pelatihan yang mengikuti Program Pelatihan Teknisi PLTS, sehingga mampu mencetak bibit yang unggul, berdaya saing, dan memenuhi kebutuhan tenaga yang kompeten dan handal untuk industri energi terbarukan di pulau Jawa dan sekitarnya,” ungkap Martin.

Proyek RESD bekerja sama dengan PPSDM KEBTKE, Kementerian ESDM dan empat Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas di bawah Kementerian Ketenagakerjaan (BPVP/Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Ambon, BPVP Banda Aceh, BPVP Lombok Timur, dan BPVP Ternate).

RESD adalah kerja sama pembangunan antara Pemerintah Indonesia melalui BPSDM ESDM dan Pemerintah Swiss melalui SECO yang bertujuan menciptakan tenaga kerja kompeten di bidang perencanaan, desain, pembangunan dan pemasangan, inspeksi dan commissioning, supervisi, pengoperasian dan pemeliharaan PLTS, pembangkit listrik hybrid surya diesel, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Upaya itu dilakukan dengan cara penciptaan program D4 spesialisasi energi terbarukan satu tahun (semester 7 dan 8) di lima politeknik percontohan di Indonesia, peluncuran program diklat energi terbarukan di lima lembaga pelatihan kerja, serta penguatan pertukaran informasi dan komunikasi di sektor energi terbarukan.

Proyek RESD berlangsung selama 5 tahun (sejak tahun 2020-2025) yang melibatkan BPSDM ESDM, Kementerian ESDM sebagai pemangku proyek, Direktorat Jenderal Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Ketenagakerjaan, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Baca juga: Indonesia perkuat komitmen isu perubahan iklim di Bright Green Summit

Baca juga: Bappenas sebut Indonesia kaya sumber energi baru dan terbarukan