Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore menguat seiring ekspektasi pelonggaran pembatasan akibat COVID-19 di China.

Rupiah ditutup menguat 11 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp15.732 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.743 per dolar AS.

"Penguatan rupiah didorong oleh turunnya dolar AS seiring meningkatnya harapan akan adanya pelonggaran pembatasan di China," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.

Pejabat kesehatan China mengatakan mereka akan mempercepat vaksinasi COVID-19 untuk orang lanjut usia, yang bertujuan untuk mengatasi hambatan utama dalam upaya melonggarkan pembatasan yang telah memicu protes keras dalam beberapa hari terakhir.

Namun penguatan rupiah relatif terbatas jelang pidato Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell pada Rabu waktu setempat.

Baca juga: BI terbitkan buku putih desain pengembangan rupiah digital

Indeks dolar AS turun 0,13 persen menjadi 106,72 setelah mencapai 106,9 pada awal perdagangan Asia untuk pertama kalinya sejak 23 November.

Indeks telah merosot ke sekitar 105,3 dua kali sejak pertengahan bulan, di tengah spekulasi bahwa The Fed akan beralih dari kenaikan suku bunga yang agresif, setelah inflasi menunjukkan tanda-tanda mendekati puncaknya.

Peluang The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga 50 bps saat ini mencapai 63,5 persen pada 14 Desember, dan 36,5 persen untuk kenaikan 75 basis poin.

Presiden The Fed New York John Williams mengatakan pada awal pekan bahwa bank sentral perlu terus menaikkan suku bunga acuannya.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.734 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.717 per dolar AS hingga Rp15.749 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke posisi Rp15.742 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.737 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah melemah tipis, tertekan dampak demo di China & komentar The Fed