Gubernur BI ingatkan RI perlu waspadai lima potensi risiko global
30 November 2022 14:02 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan arah kebijakan BI tahun 2023 dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (30/11/2022). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj/pri.
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan Indonesia harus mewaspadai lima potensi risiko global karena akan mempengaruhi stabilitas dan pemulihan ekonomi dalam negeri.
“Kita perlu mewaspadai lima permasalahan ini dari prospek ekonomi global,” katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu.
Lima risiko global ini meliputi pertumbuhan ekonomi yang menurun atau slow growth serta risiko resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang meningkat.
Kedua adalah inflasi yang sangat tinggi atau high inflation karena harga energi dan pangan global yang melonjak.
Ketiga, suku bunga yang tinggi bahkan The Fed Fund Rate bisa mencapai 5 persen dan tetap tinggi selama tahun depan.
Risiko global keempat yang perlu diwaspadai adalah dolar AS yang sangat kuat sehingga menyebabkan tekanan depresiasi terhadap nilai tukar mata uang negara lain termasuk Rupiah.
Terakhir adalah penarikan dana oleh para investor global dan mengalihkannya ke aset likuid karena risiko tinggi.
Perry menegaskan untuk menghadapi lima risiko global tersebut diperlukan penguatan sinergi dan koordinasi kebijakan antara pemerintah dan BI maupun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Menurutnya, penguatan sinergi ini akan membawa perekonomian Indonesia menuju ketahanan dan kebangkitan pada 2023 sampai 2024.
Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5 sampai 5,3 persen dengan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen.
Sementara stabilitas eksternal akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan diproyeksikan di kisaran surplus 0,4 persen sampai defisit 0,4 persen dari PDB 2023.
Untuk neraca modal dan finansial surplus didukung penanaman modal asing (PMA) dan investasi portofolio sekaligus ketahanan sistem keuangan tetap terjaga baik dari sisi permodalan, risiko kredit dan likuiditas.
“Sinergi dan inovasi adalah kata kunci untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional. Telah terbukti selama pandemi,” tegasnya.
Baca juga: Perry optimistis ekonomi RI 2023 mampu tumbuh 4,5-5,3 persen
Baca juga: IMF sebut prospek ekonomi global semakin suram & banyak risiko
Baca juga: IEA: Harga minyak 100 dolar AS "risiko nyata" bagi ekonomi global
Baca juga: Gubernur BI: Ekonomi global melambat pada 2023, disertai risiko resesi
“Kita perlu mewaspadai lima permasalahan ini dari prospek ekonomi global,” katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2022 di Jakarta, Rabu.
Lima risiko global ini meliputi pertumbuhan ekonomi yang menurun atau slow growth serta risiko resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang meningkat.
Kedua adalah inflasi yang sangat tinggi atau high inflation karena harga energi dan pangan global yang melonjak.
Ketiga, suku bunga yang tinggi bahkan The Fed Fund Rate bisa mencapai 5 persen dan tetap tinggi selama tahun depan.
Risiko global keempat yang perlu diwaspadai adalah dolar AS yang sangat kuat sehingga menyebabkan tekanan depresiasi terhadap nilai tukar mata uang negara lain termasuk Rupiah.
Terakhir adalah penarikan dana oleh para investor global dan mengalihkannya ke aset likuid karena risiko tinggi.
Perry menegaskan untuk menghadapi lima risiko global tersebut diperlukan penguatan sinergi dan koordinasi kebijakan antara pemerintah dan BI maupun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Menurutnya, penguatan sinergi ini akan membawa perekonomian Indonesia menuju ketahanan dan kebangkitan pada 2023 sampai 2024.
Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5 sampai 5,3 persen dengan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen.
Sementara stabilitas eksternal akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan diproyeksikan di kisaran surplus 0,4 persen sampai defisit 0,4 persen dari PDB 2023.
Untuk neraca modal dan finansial surplus didukung penanaman modal asing (PMA) dan investasi portofolio sekaligus ketahanan sistem keuangan tetap terjaga baik dari sisi permodalan, risiko kredit dan likuiditas.
“Sinergi dan inovasi adalah kata kunci untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional. Telah terbukti selama pandemi,” tegasnya.
Baca juga: Perry optimistis ekonomi RI 2023 mampu tumbuh 4,5-5,3 persen
Baca juga: IMF sebut prospek ekonomi global semakin suram & banyak risiko
Baca juga: IEA: Harga minyak 100 dolar AS "risiko nyata" bagi ekonomi global
Baca juga: Gubernur BI: Ekonomi global melambat pada 2023, disertai risiko resesi
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: