"Jadi dengan peningkatan pemberdayaan perempuan diyakini bisa jadi solusi bagi peningkatan pengasuhan dan pendidikan anak, kemudian penurunan kekerasan pada perempuan dan anak, pekerja anak dan perkawinan anak," ucapnya dalam diskusi mengenai "Menutup Kesenjangan Gender di Dunia Digital" dalam rangka memperingati Hari Ibu di Jakarta, Rabu.
Namun, katanya, dalam mempelajari dan beradaptasi di dunia digital, perempuan masih perlu menghadapi tantangan dengan berbagai kebijakan yang belum berpihak pada perempuan.
Baca juga: KemenPPPA optimistis UMKM perempuan tetap bertahan jika terjadi resesi
Tantangan tersebut, antara lain internet yang kurang memadai, kebijakan yang belum responsif gender, peran ganda yang masih dibebankan kepada perempuan, dan maraknya kekerasan berbasis gender di ranah digital.
"Hambatan ini bukan muncul karena perempuan makhluk yang lemah tapi sering kali budaya patriarki yang menganggap perempuan sebagai masyarakat kelas dua sehingga kontribusinya masih belum signifikan," ucapnya.
Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2021 menunjukkan penduduk usia lima tahun ke atas yang mengakses internet dalam tiga bulan terakhir di perkotaan sebanyak 74,23 persen untuk laki-laki dan 69,3 persen untuk perempuan. Sebanyak 46 persen perempuan di pedesaan juga tercatat mengakses internet namun masih di bawah laki-laki.
Dari jumlah tersebut, ia mengatakan perempuan memiliki potensi yang besar untuk ikut mendorong kemajuan Indonesia, termasuk bidang ekonomi.
Namun hingga saat ini, data kepemimpinan perempuan di perusahaan sebagai dewan direksi hanya sebesar 8,3 persen dan CEO perempuan 3,1 persen. Dari data ini berbanding terbalik dengan jumlah populasi perempuan yang mencapai setengah dari jumlah total populasi Indonesia.
Baca juga: Kemen PPPA: Kesetaraan laki dan perempuan kunci kesejahteraan bangsa
Baca juga: Perlu perhatian untuk tingkatkan potensi kepemimpinan perempuan
Baca juga: KemenPPPA: Sudah banyak perempuan terlibat dalam pemerintahan desa