Jakarta (ANTARA) - Berlakunya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diumumkan pemerintah pada akhir Maret 2020 untuk merespons penyebaran COVID-19 mengakibatkan dibatasinya gerak masyarakat, termasuk liburnya sekolah dan penutupan fasilitas umum, salah satunya tempat wisata.

Pembatasan sosial kemudian berlanjut dengan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada awal 2021.

Dampak dari pembatasan mobilisasi itu tidak terbatas hanya pada bidang kesehatan, tapi juga berpengaruh terhadap perekonomian dengan sektor pariwisata menjadi salah satu yang dihantam keras akibat terbatasnya gerak masyarakat.

Efeknya sangat terasa di Bali, yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata favorit tidak hanya untuk turis dalam negeri, tapi juga mancanegara.

I Gde Putu Agus Eddy Wisnu Pranata adalah salah satu pekerja yang dirumahkan ketika pembatasan perjalanan, baik darat dan udara, mengakibatkan penurunan drastis kedatangan wisatawan ke Pulau Dewata.

Menjadi juru masak kontrak di bisnis katering untuk pesawat, dia dalam tahap bersiap untuk dirumahkan sebagai dampak menurunnya jumlah penumpang di awal-awal pembatasan pergerakan masyarakat pada 2020.

Wisnu kemudian mendengar kabar tentang Program Kartu Prakerja yang diluncurkan pada awal 2020. Mengetahui tentang bantuan pelatihan dan insentif, dia kemudian mendaftar dan diterima di Gelombang 4.

"Pas mendaftar itu juga ada teman-teman yang bilang buat apa ikut Prakerja, juga besok dapat bantuan dari pemerintah yang BLT itu. Nominalnya juga sama," ujar Wisnu ketika ditemui ANTARA dalam acara Kartu Prakerja di Bali.

Tidak peduli dengan ucapan teman-temannya, Wisnu tetap bertekad mengikuti berbagai tahapan pelatihan yang diperlukan sebagai syarat mendapatkan insentif di Kartu Prakerja.

Alasannya cukup sederhana, jika menerima bantuan tunai mungkin akan mampu menopang hidupnya selama beberapa bulan. Sementara ketika mendapatkan pelatihan, kemampuan yang diterimanya akan bermanfaat seumur hidup.

Dari dana bantuan pelatihan yang diterimanya, laki-laki berusia 30 tahun itu memilih pelatihan untuk menggunakan Microsoft Excel, public speaking dan berjualan di media sosial.

Ketiga pelatihan itu bukannya hanya sembarang dipilih. Penggunaan Excel dipilih Wisnu karena akan berguna untuk mencatat keuangan ketika berbisnis, public speaking bermanfaat saat berbicara dengan pelanggan ketika memiliki usaha dan berjualan di media sosial akan mempermudah pemasaran produk usahanya.

Semua pelatihan itu akan membantu warga Kabupaten Tabanan tersebut menjadi seorang wirausaha yang mumpuni.

Insentif pertama dia gunakan sebagai modal untuk berjualan buah yang banyak dicari ketika ada hari raya di Bali. Tidak berjalan lama, ia kemudian berjualan olahan sate lilit dengan sistem pesanan.

Seiring berjalannya waktu, ia kemudian mulai memikirkan produk lain yang bisa dijual. Hal itu mengingat produk makanan olahan, seperti sate lilit, tidak bisa disimpan terlalu lama dan perlu dijual dalam jumlah besar untuk mendapat profit.

Wisnu kemudian melakukan riset dan menemukan tren peningkatan popularitas produk kesehatan akibat pandemi. Dari situ ia akhirnya memutuskan untuk membuat minyak gosok yang dibuat dari bahan serai wangi dan jahe yang ditanam di halaman rumahnya.

Ingin menghilangkan citra bahwa minyak gosok identik dengan orang tua, ia kemudian memutuskan untuk membuat produk yang dinamainya "Kasi Fresh", dengan wangi yang lebih netral.

Untuk tahap awal ia mulai menjual produk itu ke wilayah sekelilingnya. Demi memperluas jangkauan penjualan dia juga sudah menghubungi dinas kesehatan untuk mengurus Perizinan Produk Industri Rumah Tangga (PIRT).

Tidak hanya itu, untuk meluaskan usahanya ia ingin bekerja sama dengan petani lokal sebagai pemasok bahan dan membentuk hubungan simbiosis mutualisme.

"Pengin banget minyak seperti ini jadi cendera mata khas Tabanan. Ikoniknya Tabanan," tuturnya.

Demi mencapai tujuan itu dia bahkan sudah mengajak beberapa orang untuk mengajarkan cara membuat minyak serai, agar semakin banyak warga Tabanan yang memiliki kemampuan tersebut.

Meski sudah bekerja sebagai pegawai tata usaha di sebuah sekolah negeri di dekat rumahnya belum lama ini, ia tidak berhenti untuk mengembangkan kemampuan diri.

Kini ia tengah mempelajari bagaimana mengembangkan produk turunan dari serai wangi, termasuk untuk sabun dan pembersih lantai.

Wisnu tidak pernah menyesali keputusannya untuk menjadi peserta Kartu Prakerja. Meski pelatihan telah selesai, insentif telah dipakai, tapi ilmu yang didapatnya tetap bermanfaat bagi hidupnya dan menjadi modal untuk mengembangkan diri ke depan.

Dia mengistilahkan dari awal sampai dengan sekarang masih saja ilmu dari pelatihan Prakerja itu menempel di dirinya. Dia yang sudah selesai mengikuti pelatihan dua tahu lalu, masih ada buktinya atau ada produk. Label Prakerja masih menempel di hati Wisnu.


Transformasi pendidikan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Program Kartu Prakerja sebagai kisah sukses dari pemerintah untuk melakukan transformasi pendidikan, terutama bagi orang dewasa.

Merujuk kepada data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) pada Februari 2022, ditemukan bahwa 84,18 persen penerima Program Kartu Prakerja yang menyelesaikan pelatihan menganggap program itu dapat meningkatkan keterampilan kerja.

Kartu Prakerja telah memberikan dampak dalam peningkatan kemampuan atau memberikan kompetensi baru, baik bagi calon pekerja maupun mereka yang sudah bekerja.

Kemenko Perekonomian juga mencatat bahwa Kartu Prakerja merupakan wujud kesuksesan dalam mendorong pembelajaran untuk orang dewasa atau adult learning.

Apalagi, kini dunia kerja terus berubah. Karena itu semua pihak terus dituntut untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang serba cepat.

Penggunaan teknologi informasi terkini juga berhasil memberikan akses jangkauan yang luas bagi jutaan orang di seluruh Indonesia. Ditambah dengan ragam pelatihan hasil kemitraan dengan swasta dan universitas yang memberikan pilihan bagi peserta untuk mengembangkan kemampuannya.

Hasilnya, data BPS memperlihatkan persentase angkatan kerja yang pernah mengikuti pelatihan atau kursus mengalami peningkatan. Dari 10 persen pada 2019-2020 menjadi 16,36 persen pada 2022, dengan mayoritas kontribusi dari pelatihan Kartu Prakerja.

Dengan adanya Kartu Prakerja diharapkan pembelajaran sepanjang hayat di Indonesia dapat terus terjadi untuk menghasilkan individu yang yang berkembang dan berkompetensi.