Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) M Habibullah menjabarkan isu pertanian nasional secara umum melingkupi adopsi teknologi yang masih terbatas, petani usia tua, hingga petani skala kecil atau petani gurem.

"Isu pertanian nasional adalah pengetahuan dan adopsi teknologi yang masih rendah," kata Habibullah di Jakarta, Selasa.

Selain itu, BPS mengidentifikasi tantangan pertanian lainnya yaitu permintaan pangan domestik yang terus meningkat seiring pertumbuhan populasi, dukungan sarana dan prasarana produksi yang belum optimal.

"Kalau kita lihat isu keberlanjutan yang pertama petani tua, dan regenerasi petani ini juga akan coba dijawab di Sensus Pertanian," kata Habibullah.

Dia menyebut pertanian Indonesia didominasi oleh petani skala kecil dan praktik pertanian tidak berkelanjutan. BPS sudah melakukan uji coba survei di tiga provinsi dan banyak indikator baru yang digunakan sehingga berhasil memotret keberadaan petani skala kecil di Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Sedangkan untuk menjawab tantangan pertanian skala kecil di Indonesia, Sensus Pertanian 2023 yang akan dilakukan oleh BPS memperbarui sistem pengumpulan dan penyimpulan data petani skala kecil yang sudah ada sebelumnya.

Petani skala kecil atau yang biasa disebut petani gurem sebelumnya hanya diukur dari kepemilikan luas lahan sebesar 0,5 hektare. Sedangkan pada Sensus Pertanian 2023, petani skala kecil akan disimpulkan dari perhitungan kepemilikan lahan yang disesuaikan pada masing-masing daerah, jumlah aset ternak, hingga pendapatan petani per bulannya.

Oleh karena itu, Habibullah menyebut perlu transformasi sistem pertanian dan pangan untuk lebih inovatif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

"Sensus Pertanian 2023 menyajikan data untuk pembuatan keputusan berbasis bukti. Harapannya hasilnya dapat digunakan oleh kementerian dan lembaga maupun berbagai pemangku kepentingan lain untuk memanfaatkan data ini dalam transformasi pertanian dan pangan," kata Habibullah.