MKI: Upaya "go green" mulai dapat momentum untuk diimplementasikan
29 November 2022 16:52 WIB
Ketua Umum Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Evy Haryadi saat membuka acara Peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-77 Tahun 2022 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa (29/11/2022). ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas/am.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Evy Haryadi menyatakan upaya go green yang menjadi komitmen global mulai mendapatkan momentum untuk diimplementasikan.
Beberapa bentuk implementasi dari go green adalah semakin kompetitifnya pembangkit energi terbarukan, maraknya pengembangan dan penggunaan baterai sebagai penyimpan energi, serta usaha jangka panjang dalam pemanfaatan teknologi hidrogen baik sebagai bagian dari program co-firing, pembangkit besar di dalam sistem yang sudah interkoneksi, maupun sistem pembangkit terisolasi di pulau-pulau kecil yang masih menggunakan diesel.
“Pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana posisi Indonesia nantinya terkait dengan transisi energi di tahun 2060,” katanya dalam pembukaan acara Peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-77 Tahun 2022 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa.
Menurut dia, transisi energi secara global mendorong pembangunan energi nan berkelanjutan dan masa depan energi yang lebih bersih.
Upaya transisi energi didorong oleh berbagai tujuan, antara lain meningkatkan ketahanan energi dengan mengurangi ketergantungan impor dan mengamankan akses energi bukan hanya kepada negara maju, tetapi juga negara berkembang.
“Ini tentunya juga untuk meningkatkan kualitas udara dan mitigasi perubahan iklim,” ucap dia.
Lebih lanjut, dia menyatakan ada beberapa pertimbangan mengenai dukungan internasional terhadap kebijakan de-karbonisasi dan komitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) dari Gas Rumah Kaca (GRK) tahun 2060.
Pertama terkait perkembangan teknologi baru, lalu mempertimbangkan perbedaan kondisi antar negara yang memungkinkan ketersediaan akses energi yang terjangkau, handal, berkelanjutan, dan modern.
Teknologi baru yang terjangkau dalam domain publik juga menjadi poin yang penting, termasuk kerja sama yang saling menguntungkan dan bagaimana pembiayaan aksi mitigasi di sektor energi.
“MKI mengajak seluruh stakholders di sektor energi untuk melakukan pendekatan less carbon melalui pengembangan EBT (Energi Baru Terbarukan), dan sumber daya fosil dengan harmonis sejalan dengan pendekatan NZE yang memerlukan pembiayaan yang sangat besar yang diperkirakan baru berhasil bila dilakukan secara berkolaborasi,” kata Evy.
Baca juga: BRI mulai implementasikan kendaraan listrik, green building, dan EBT
Baca juga: Energi baru terbarukan solusi atasi krisis dampak perang Rusia-Ukraina
Beberapa bentuk implementasi dari go green adalah semakin kompetitifnya pembangkit energi terbarukan, maraknya pengembangan dan penggunaan baterai sebagai penyimpan energi, serta usaha jangka panjang dalam pemanfaatan teknologi hidrogen baik sebagai bagian dari program co-firing, pembangkit besar di dalam sistem yang sudah interkoneksi, maupun sistem pembangkit terisolasi di pulau-pulau kecil yang masih menggunakan diesel.
“Pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana posisi Indonesia nantinya terkait dengan transisi energi di tahun 2060,” katanya dalam pembukaan acara Peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-77 Tahun 2022 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa.
Menurut dia, transisi energi secara global mendorong pembangunan energi nan berkelanjutan dan masa depan energi yang lebih bersih.
Upaya transisi energi didorong oleh berbagai tujuan, antara lain meningkatkan ketahanan energi dengan mengurangi ketergantungan impor dan mengamankan akses energi bukan hanya kepada negara maju, tetapi juga negara berkembang.
“Ini tentunya juga untuk meningkatkan kualitas udara dan mitigasi perubahan iklim,” ucap dia.
Lebih lanjut, dia menyatakan ada beberapa pertimbangan mengenai dukungan internasional terhadap kebijakan de-karbonisasi dan komitmen untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) dari Gas Rumah Kaca (GRK) tahun 2060.
Pertama terkait perkembangan teknologi baru, lalu mempertimbangkan perbedaan kondisi antar negara yang memungkinkan ketersediaan akses energi yang terjangkau, handal, berkelanjutan, dan modern.
Teknologi baru yang terjangkau dalam domain publik juga menjadi poin yang penting, termasuk kerja sama yang saling menguntungkan dan bagaimana pembiayaan aksi mitigasi di sektor energi.
“MKI mengajak seluruh stakholders di sektor energi untuk melakukan pendekatan less carbon melalui pengembangan EBT (Energi Baru Terbarukan), dan sumber daya fosil dengan harmonis sejalan dengan pendekatan NZE yang memerlukan pembiayaan yang sangat besar yang diperkirakan baru berhasil bila dilakukan secara berkolaborasi,” kata Evy.
Baca juga: BRI mulai implementasikan kendaraan listrik, green building, dan EBT
Baca juga: Energi baru terbarukan solusi atasi krisis dampak perang Rusia-Ukraina
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: