Siak (ANTARA) - Peneliti dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center of International Forestry Research/CIFOR) dan Pusat Studi Bencana Universitas Riau mempelajari aksi restorasi gambut berbasis masyarakat di Kampung Kayu Ara Permai dan Penyengat, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Menurut Indonesia Deputy Country Coordinator CIFOR Prof. Dr. Herry Purnomo di Siak, Selasa, riset aksi restorasi gambut berbasis masyarakat dilakukan dengan mengembangkan model bisnis masyarakat di lahan yang pernah terbakar.

"Ada embung disekat kanal, lalu ada nanam (penanaman) berdasarkan keinginan masyarakat. Jadi ini sifatnya partisipatif. Kita diskusikan komoditi di gambut itu apa dan bagaimana peluang pasarnya, kita buat arena aksi, bukan demplot," kata Herry, profesor bidang manajemen hutan di IPB University.

Sementara itu, Koordinator Pusat Studi Bencana Universitas Riau Sigit Sutikno menyampaikan bahwa sebagaimana bagian wilayah Riau yang lain, Kampung Kayu Ara Permai dan Penyengat di Kabupaten Siak pernah mengalami kebakaran hutan dan lahan.

"Kampung Penyengat lebih rawan karena gambut dalam 12 meter belum ketemu tanah, dan Kayu Ara Permai enam meter (kedalaman gambutnya)," kata dia.

Menurut Ahmad Muhammad dari Pusat Studi Bencana Universitas Riau, kedua kampung itu dipilih sebagai lokasi riset antara lain karena sama-sama memiliki lahan gambut, pernah mengalami kebakaran lahan gambut, serta merupakan area budi daya nanas.

"Selain itu kita juga ingin mencakup Suku Anak Rawa dan Melayu di sana," kata dia.

Baca juga:
KLHK: 206.935 hektare lahan gambut berstatus rusak sangat berat
BRGM targetkan restorasi gambut seluas 360.000 hektare pada 2022