KPAI: Aktivitas belajar penting jaga psikologis korban gempa Cianjur
28 November 2022 19:27 WIB
Ilustrasi - Anak-anak belajar di tenda darurat di Sumbermujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (14/12/2021). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/hp.
Jakarta (ANTARA) - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menilai aktivitas pembelajaran harus tetap dilaksanakan di posko pengungsian gempa Cianjur, Jawa Barat guna menjaga kondisi psikologis anak.
“Aktivitas pembelajaran jika cepat dilaksanakan akan sangat baik bagi kondisi psikologis anak-anak karena memiliki kesibukan tak hanya berdiam di pengungsian,” katanya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Retno menuturkan KPAI akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Dinas Pendidikan Cianjur untuk aktivitas belajar mengajar untuk tingkatan PAUD, SD dan SMP sederajat serta berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk pembelajaran di tingkat SMA/SMK dan SLB.
Kendati aktivitas belajar mengajar harus tetap berlanjut, Retno menilai metode pembelajaran yang harus diterapkan harus mengacu pada kurikulum darurat. Hal tersebut lantaran pembelajaran jarak jauh akan sulit dilakukan mengingat keterbatasan di lokasi pengungsian.
“Harus dipikirkan pembelajaran sementara atau sekolah darurat. Kurikulum yang digunakan untuk wilayah ini juga harus kurikulum darurat yang disederhanakan karena kondisi yang terbatas. Mengingat Desember harusnya ujian semester ganjil dan pembagian rapor,” ujarnya.
Baca juga: Pemkab Cianjur bagi tiga tahap pemulihan belajar mengajar siswa
Baca juga: Anak penyintas gempa Cianjur belajar Alquran untuk pemulihan trauma
Lebih lanjut ia juga mendorong dilakukannya renovasi total untuk gedung-gedung sekolah yang rusak berat menggunakan dana APBN dan renovasi sedang dan ringan menggunakan dana APBD.
Adapun hingga Minggu (27/11), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah pengungsi gempa di Cianjur, Jawa Barat mencapai 73.874. Rinciannya, pengungsi laki-laki 33.713 orang, perempuan 40.161 orang, penyandang disabilitas 92 orang, ibu hamil 1.207 orang dan lansia 4.240 orang.
Para pengungsi berada di 325 titik pengungsian dengan 183 titik diantaranya merupakan lokasi pengungsian dengan kategori terpusat dan 142 titik merupakan kategori mandiri dengan jumlah pengungsi di bawah 25 orang.
Sedangkan untuk jumlah korban meninggal dunia mencapai 321 orang dan 11 orang masih dinyatakan hilang.
Baca juga: Kementerian PUPR bangun kembali SD dengan teknologi RISHA di Cianjur
Baca juga: Sedikitnya 422 fasilitas pendidikan di Cianjur rusak akibat gempa bumi
Baca juga: Mendikbudristek upayakan keberlangsungan belajar-mengajar di Cianjur
“Aktivitas pembelajaran jika cepat dilaksanakan akan sangat baik bagi kondisi psikologis anak-anak karena memiliki kesibukan tak hanya berdiam di pengungsian,” katanya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Retno menuturkan KPAI akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan Dinas Pendidikan Cianjur untuk aktivitas belajar mengajar untuk tingkatan PAUD, SD dan SMP sederajat serta berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk pembelajaran di tingkat SMA/SMK dan SLB.
Kendati aktivitas belajar mengajar harus tetap berlanjut, Retno menilai metode pembelajaran yang harus diterapkan harus mengacu pada kurikulum darurat. Hal tersebut lantaran pembelajaran jarak jauh akan sulit dilakukan mengingat keterbatasan di lokasi pengungsian.
“Harus dipikirkan pembelajaran sementara atau sekolah darurat. Kurikulum yang digunakan untuk wilayah ini juga harus kurikulum darurat yang disederhanakan karena kondisi yang terbatas. Mengingat Desember harusnya ujian semester ganjil dan pembagian rapor,” ujarnya.
Baca juga: Pemkab Cianjur bagi tiga tahap pemulihan belajar mengajar siswa
Baca juga: Anak penyintas gempa Cianjur belajar Alquran untuk pemulihan trauma
Lebih lanjut ia juga mendorong dilakukannya renovasi total untuk gedung-gedung sekolah yang rusak berat menggunakan dana APBN dan renovasi sedang dan ringan menggunakan dana APBD.
Adapun hingga Minggu (27/11), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah pengungsi gempa di Cianjur, Jawa Barat mencapai 73.874. Rinciannya, pengungsi laki-laki 33.713 orang, perempuan 40.161 orang, penyandang disabilitas 92 orang, ibu hamil 1.207 orang dan lansia 4.240 orang.
Para pengungsi berada di 325 titik pengungsian dengan 183 titik diantaranya merupakan lokasi pengungsian dengan kategori terpusat dan 142 titik merupakan kategori mandiri dengan jumlah pengungsi di bawah 25 orang.
Sedangkan untuk jumlah korban meninggal dunia mencapai 321 orang dan 11 orang masih dinyatakan hilang.
Baca juga: Kementerian PUPR bangun kembali SD dengan teknologi RISHA di Cianjur
Baca juga: Sedikitnya 422 fasilitas pendidikan di Cianjur rusak akibat gempa bumi
Baca juga: Mendikbudristek upayakan keberlangsungan belajar-mengajar di Cianjur
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022
Tags: