PVMBG mencatat ada peningkatan gempa tektonik lokal di Gunung Gede
28 November 2022 18:34 WIB
Tangkapan layar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Hendra Gunawan dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (22/11/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada peningkatan gempa tektonik lokal di Gunung Gede yang secara administratif terletak dalam tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan rekaman aktivitas itu terhitung sejak tanggal 21 sampai 27 November 2022 pukul 12.00 WIB.
Baca juga: Pendakian ke Gunung Gede-Pangrango ditutup sementara dampak gempa
"Terjadi peningkatan gempa tektonik lokal hingga mencapai 1.031 kali dengan amplitude 4 sampai 50 mm dan lama gempa 10 sampai 86 detik. Gempa terasa terjadi sebanyak 13 kali dengan intensitas skala II hingga IV MMI," kata Hendra dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin.
Berdasarkan laporan aktivitas vulkanik Gunung Gede pascagempa bumi yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat, pada 21 November 2022, PVMBG mengungkapkan tidak ada peningkatan jumlah gempa vulkanik di Gunung Gede.
"Gempa vulkanik dalam hanya terekam sebanyak dua kali dengan amplitude 21 sampai 45 mm dan lama gempa 5 sampai 8 detik," katanya.
Baca juga: Badan Geologi nyatakan status Gunung Gede masih level satu
Hendra menuturkan erupsi terakhir Gunung Gede terjadi pada tahun 1957 dengan karakteristik letusan eksplosif berupa abu tebal berwarna kelabu hingga hitam. Kolom abu saat erupsi kala itu mencapai tiga kilometer di atas puncak.
Saat ini aktivitas Gunung Gede berada pada level pertama atau normal.
Aktivitas kawah umumnya berupa hembusan asap putih tipis dengan tinggi 10 meter di atas puncak. Pemantauan deformasi dengan menggunakan tiltmeter menunjukkan adanya inflasi (peningkatan tekanan) yang disebabkan oleh peningkatan gempa vulkanik dalam pada tanggal 24 September 2022, namun peningkatan kegempaan itu bersifat tidak menerus.
Baca juga: 150 karung sampah dari Gunung Gede-Pangrango berhasil diturunkan
Kondisi tersebut terus dipantau secara intensif dari Pos Pengamatan Gunung Gede. Sejauh ini potensi bahaya adalah terjadinya erupsi freatik yang dapat terjadi tanpa adanya peningkatan kegempaan yang signifikan.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan rekaman aktivitas itu terhitung sejak tanggal 21 sampai 27 November 2022 pukul 12.00 WIB.
Baca juga: Pendakian ke Gunung Gede-Pangrango ditutup sementara dampak gempa
"Terjadi peningkatan gempa tektonik lokal hingga mencapai 1.031 kali dengan amplitude 4 sampai 50 mm dan lama gempa 10 sampai 86 detik. Gempa terasa terjadi sebanyak 13 kali dengan intensitas skala II hingga IV MMI," kata Hendra dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Senin.
Berdasarkan laporan aktivitas vulkanik Gunung Gede pascagempa bumi yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat, pada 21 November 2022, PVMBG mengungkapkan tidak ada peningkatan jumlah gempa vulkanik di Gunung Gede.
"Gempa vulkanik dalam hanya terekam sebanyak dua kali dengan amplitude 21 sampai 45 mm dan lama gempa 5 sampai 8 detik," katanya.
Baca juga: Badan Geologi nyatakan status Gunung Gede masih level satu
Hendra menuturkan erupsi terakhir Gunung Gede terjadi pada tahun 1957 dengan karakteristik letusan eksplosif berupa abu tebal berwarna kelabu hingga hitam. Kolom abu saat erupsi kala itu mencapai tiga kilometer di atas puncak.
Saat ini aktivitas Gunung Gede berada pada level pertama atau normal.
Aktivitas kawah umumnya berupa hembusan asap putih tipis dengan tinggi 10 meter di atas puncak. Pemantauan deformasi dengan menggunakan tiltmeter menunjukkan adanya inflasi (peningkatan tekanan) yang disebabkan oleh peningkatan gempa vulkanik dalam pada tanggal 24 September 2022, namun peningkatan kegempaan itu bersifat tidak menerus.
Baca juga: 150 karung sampah dari Gunung Gede-Pangrango berhasil diturunkan
Kondisi tersebut terus dipantau secara intensif dari Pos Pengamatan Gunung Gede. Sejauh ini potensi bahaya adalah terjadinya erupsi freatik yang dapat terjadi tanpa adanya peningkatan kegempaan yang signifikan.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: