Jakarta (ANTARA) - Koalisi Ayam Sejahtera mengharapkan pemerintah dan dunia usaha untuk serius mengendalikan resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) pada industri peternakan ayam demi menjaga kesehatan masyarakat.

"Kami mendorong penanggulangan AMR dengan komitmen bersama kesejahteraan hewan ternak yang baik atau Better Chicken Commitment (BCC), ” kata Manajer World Animal Protection (WAP) Indonesia Rully Prayoga dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Rully menuturkan peningkatan pengawasan penggunaan antibiotik di peternakan menjadi penting sebagai upaya pencegahan agar tidak semakin banyak masyarakat yang mengalami resisten antimikroba.

Baca juga: WAP: Kurangi antimikroba dengan perhatikan kesejahteraan hewan

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, ada 1,2 juta kematian di Indonesia akibat antibiotik yang tidak mempan terhadap infeksi tertentu.

Koalisi itu mendorong terbentuknya standar kesejahteraan ayam broiler dan petelur di Indonesia yang lebih tinggi dengan mengadopsi standar global FARM BCC dan menerapkan sistem bebas kandang baterai, khususnya untuk ayam petelur.

Peningkatan kesejahteraan bersama dengan pengawasan ketat atas penggunaan antibiotika juga diharapkan dapat menghentikan praktik penggunaan antibiotik berlebih dalam peternakan.

Koalisi tersebut mengajak warga untuk menandatangani deklarasi yang mendukung Gerakan Ayam Sejahtera Agar Konsumen Aman, Terhindar dari Resistensi Antimikroba.

Aksi yang diikuti sekitar 110 ibu, kaum muda dan kelompok lainnya di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat pada Minggu itu, dilaksanakan untuk memperingati Pekan Kesadaran Resistensi Antimikroba Sedunia setiap 18-24 November.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Pekan Kesadaran Resistensi Antimikroba Sedunia 2022 mengangkat tema Bersama Mencegah Resistensi Antimikroba.

Koalisi Ayam Sejahtera merupakan komunitas yang beranggotakan WAP, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Animal Friends Jogja, Animal Don’t Speak Human, SKN, dan kelompok relawan lain.

Indonesia merupakan negara dengan populasi unggas terbesar ketiga di dunia. Berdasarkan temuan WAP, 13.000 ton antibiotik digunakan oleh sektor peternakan di seluruh dunia. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan oleh manusia.

Baca juga: Kementan: Pencegahan resistensi antimikroba pastikan keamanan pangan

Baca juga: Kementan-WOAH-FAO deklarasi langkah kendalikan resistensi antimikroba


Sementara Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan ayam yang sejahtera adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan aspek keamanan pangan yang merupakan hak asasi masyarakat konsumen.

Oleh karena itu, YLKI berharap pemerintah dan peternak ayam dapat menjamin bahwa daging ayam yang didistribusikan pada konsumen adalah daging ayam broiler yang sehat dan sejahtera, yang menjadi prasyarat untuk mewujudkan keamanan produk daging ayam tersebut.

YLKI, Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) dan WAP telah melakukan riset terkait AMR pada 2020.

Riset itu menunjukkan sampel daging ayam potong yang tercemar bakteri kebal terhadap hampir empat jenis antibiotik yang sangat penting bagi manusia menurut WHO, yaitu kolistin, meropenem, ciprofloxacin, dan sulfamethoxazole.

Sampel tersebut diduga berasal dari peternakan yang menggunakan antibiotik secara masif dan tata laksana kesejahteraan hewan yang sangat rendah.