Jakarta (ANTARA) - Lebih dari 20.000 buruh meninggalkan pabrik Foxcon, yang memproduksi iPhone, di China, setelah demonstrasi besar-besaran.

Salah seorang narasumber yang mengetahui masalah itu, disiarkan Reuters Jumat, mengatakan kebanyakan buruh yang meninggalkan pabrik adalah rekrutan baru dan belum bekerja di lini produksi.

Mereka protes karena tidak puas dengan cara Foxconn menerapkan kebijakan untuk mengatasi COVID-19.

Baca juga: Pabrik pembuat iPhone asal Taiwan tunda operasi dua pabriknya di China

Foxconn, yang secara formal bernama Hon hai Precision Industry Co, menolak berkomentar atas itu itu. Apple juga menolak berkomentar, namun, pada Kamis (24/11) waktu setempat mengatakan staf mereka berada di pabrik.

Buruh Foxconn memprotes karena mereka harus berada di asrama yang sama dengan kolega mereka yang terkonfirmasi positif COVID-19. Mereka juga merasa disesatkan soal kompensasi yang diberikan perusahaan.

Pabrik Foxconn di China menyumbang 70 persen pengiriman iPhone secara global. Foxconn pada Kamis (24/11) menawarkan 10.000 yuan, sekitar Rp22 juta, kepada buruh yang memprotes, yang setuju untuk mengundurkan diri dan meninggalkan pabrik.

Foxconn juga meminta maaf atas "kesalahan teknis" terkait upah.

Narasumber lainnya mengatakan kepergian para buruh dari pabrik tidak berdampak pada produksi saat ini karena mereka sebetulnya masih harus mengikuti pelatihan sebelum masuk ke bagian produksi.

Aksi demonstrasi besar-besaran di pabrik Foxconn bertepatan dengan angka infeksi COVID-19 di China yang melonjak. Jumlah karantina wilayah (lockdown) di China juga bertambah.

Baca juga: Pabrik iPhone di China tanggapi kaburnya karyawan hindari "lockdown"

Baca juga: Foxconn, pemasok iPhone, tambah investasi di Vietnam

Baca juga: Foxconn tangguhkan dua pabrik di China