Penelitian: Layanan pesan-antar makanan online akselerasi bisnis UMKM
24 November 2022 20:42 WIB
Ilustrasi. Perhimpunan Driver Online Indonesia (PDOI) Jawa Timur membantu beban para pengemudi ojek daring dengan cara mengorder makanan atau minuman melalui aplikasi GoFood atau Grabfood dengan lokasi pengantaran tujuan di Kebun Bibit Bratang, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (5/4/2020). (FOTO ANTARA/HO-Humas PDOI Jatim)
Jakarta (ANTARA) - Hasil penelitian ‘Digitalisasi UMKM: Dampak Platform Digital terhadap UMKM Kuliner’ yang dilakukan oleh Alvara Research Center menunjukkan bahwa layanan pesan-antar makanan online atau online food delivery (OFD) mengakselerasi bisnis UMKM kuliner.
CEO dan Founder Alvara Research Hasanuddin Ali mengatakan, UMKM kuliner termasuk salah satu sektor terbesar yang ada di Indonesia, dengan kontribusi sekitar 41 persen dari total PDB sektor ekonomi kreatif. Namun, persaingan di sektor kuliner saat ini cukup ketat sebagai dampak dari barrier to entry yang rendah.
"Oleh karena itu, pengusaha UMKM kuliner butuh berbagai upaya untuk mengembangkan usahanya seperti melalui operasional bisnis yang lebih efisien serta jangkauan ke pelanggan yang lebih luas. Berjualan online melalui kemitraan dengan platform OFD menjadi solusi yang tepat," ujar Hasan dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Dalam penelitian tersebut, Alvara menemukan berbagai fakta menarik mengenai dampak digitalisasi terhadap UMKM kuliner. Secara rata-rata, platform OFD menyumbang lebih dari setengah (56,8 persen) omzet UMKM yang bermitra dengan platform.
Hasan memaparkan, guna membuktikan manfaat platform OFD lebih jauh, Alvara juga melakukan perbandingan melalui wawancara mendalam kepada 11 pengusaha UMKM kuliner, diantaranya Mie Ayam Yamin Pink Tebet dan Siomay Abu Tebet Timur yang awalnya berjualan secara offline kemudian berjualan secara online. Hasilnya, platform OFD membantu usaha mereka tumbuh lebih cepat dibandingkan hanya berjualan secara offline.
"Dulu kami hanya jualan di sini (secara offline), setelah gabung online, alhamdulilah omzet jadi lebih banyak," ujar Nur, pemilik Mie Ayam Pink.
Lebih jauh, ternyata pada saat para UMKM kuliner mengembangkan bisnis di OFD, mereka memahami perlu adanya biaya komisi untuk mendukung usaha mereka sekaligus mengembangkan bisnis platform digital OFD.
"Salah satu temuan menarik kami lainnya adalah mayoritas UMKM kuliner yang menjadi mitra usaha OFD tidak keberatan dengan skema kemitraan dan pengenaan komisi atau yang disebut biaya layanan. Menurut para pelaku UMKM kuliner, skema kemitraan dengan platform membawa banyak manfaat bagi bisnisnya dan pengenaan komisi sepadan dengan manfaat-manfaat yang mereka terima," kata Hasan.
Penelitian menemukan bahwa mayoritas UMKM kuliner mitra platform OFD menilai biaya komisi dari platform OFD baik (95 persen) dan sudah sesuai (94,2 persen).
Menurut Hasan, berdasarkan penelitiannya, skema kemitraan antara UMKM kuliner dengan platform OFD tidak menggerus keuntungan mitra UMKM meski ada potongan per transaksi yang harus dibayarkan ke platform selaku penyedia layanan.
Para UMKM kuliner tetap mengalami keuntungan secara finansial (97,7 persen) dan omzetnya tetap naik (93,3 persen).
"Berbeda dari narasi yang sebelumnya beredar di masyarakat, UMKM kuliner yang kami survei menyatakan ada tiga keuntungan utama yang mereka dapatkan dari biaya komisi yang mereka bayar, yaitu program promosi, subsidi ongkir, serta manfaat dari pengembangan platform," ujar Hasan.
Ketiganya dianggap memberikan dampak yang signifikan dalam peningkatan omzet penjualan UMKM kuliner. Lebih lanjut, Hasan menyampaikan penelitian juga menelaah mengenai platform OFD yang dianggap memberikan paling banyak keuntungan bagi mitra UMKM kuliner.
Hasilnya, GoFood dari Gojek menduduki posisi pertama, diikuti oleh GrabFood dari Grab dan Shopee Food dari Shopee. Menurut para mitra UMKM kuliner yang disurvei, GoFood tetap lebih unggul dibanding platform lainnya, antara lain pada aspek ‘pengembangan platform yang semakin baik’, ‘membuat bisnis mereka paling efisien’, ‘menawarkan program pelatihan kewirausahaan’, ‘memiliki biaya layanan (komisi) paling adil’, serta ‘platform yang paling sering digunakan untuk membuat promo mandiri’. Selain itu, GoFood dan GrabFood bersaing ketat pada aspek ‘layanan bantuan mitra’.
"Hampir seluruh mitra UMKM kuliner (96,5 persen) yang disurvei menyatakan akan terus melanjutkan kemitraan dengan platform OFD, karena mereka mengatakan sudah merasakan langsung manfaat dari kemitraan bersama platform OFD. Bahkan, 1 dari 3 mitra UMKM kuliner akan secara aktif merekomendasikannya kepada sesama pelaku UMKM kuliner lainnya," kata Hasan.
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan riset kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan pada Agustus hingga Oktober 2022, melalui wawancara tatap muka terhadap 1.948 responden UMKM kuliner yang bermitra dengan platform OFD seperti GoFood, GrabFood dan Shopee Food di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan.
Baca juga: Peneliti: Layanan pesan makan daring perlu regulasi keamanan pangan
Baca juga: Mayoritas pengguna layanan pesan-antar makanan millenial dan Gen Z
Baca juga: Riset: GoFood pilihan utama, ShopeeFood beri harga paling kompetitif
Baca juga: Riset: Layanan pesan-antar makanan akan tetap tinggi pascapandemi
CEO dan Founder Alvara Research Hasanuddin Ali mengatakan, UMKM kuliner termasuk salah satu sektor terbesar yang ada di Indonesia, dengan kontribusi sekitar 41 persen dari total PDB sektor ekonomi kreatif. Namun, persaingan di sektor kuliner saat ini cukup ketat sebagai dampak dari barrier to entry yang rendah.
"Oleh karena itu, pengusaha UMKM kuliner butuh berbagai upaya untuk mengembangkan usahanya seperti melalui operasional bisnis yang lebih efisien serta jangkauan ke pelanggan yang lebih luas. Berjualan online melalui kemitraan dengan platform OFD menjadi solusi yang tepat," ujar Hasan dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Dalam penelitian tersebut, Alvara menemukan berbagai fakta menarik mengenai dampak digitalisasi terhadap UMKM kuliner. Secara rata-rata, platform OFD menyumbang lebih dari setengah (56,8 persen) omzet UMKM yang bermitra dengan platform.
Hasan memaparkan, guna membuktikan manfaat platform OFD lebih jauh, Alvara juga melakukan perbandingan melalui wawancara mendalam kepada 11 pengusaha UMKM kuliner, diantaranya Mie Ayam Yamin Pink Tebet dan Siomay Abu Tebet Timur yang awalnya berjualan secara offline kemudian berjualan secara online. Hasilnya, platform OFD membantu usaha mereka tumbuh lebih cepat dibandingkan hanya berjualan secara offline.
"Dulu kami hanya jualan di sini (secara offline), setelah gabung online, alhamdulilah omzet jadi lebih banyak," ujar Nur, pemilik Mie Ayam Pink.
Lebih jauh, ternyata pada saat para UMKM kuliner mengembangkan bisnis di OFD, mereka memahami perlu adanya biaya komisi untuk mendukung usaha mereka sekaligus mengembangkan bisnis platform digital OFD.
"Salah satu temuan menarik kami lainnya adalah mayoritas UMKM kuliner yang menjadi mitra usaha OFD tidak keberatan dengan skema kemitraan dan pengenaan komisi atau yang disebut biaya layanan. Menurut para pelaku UMKM kuliner, skema kemitraan dengan platform membawa banyak manfaat bagi bisnisnya dan pengenaan komisi sepadan dengan manfaat-manfaat yang mereka terima," kata Hasan.
Penelitian menemukan bahwa mayoritas UMKM kuliner mitra platform OFD menilai biaya komisi dari platform OFD baik (95 persen) dan sudah sesuai (94,2 persen).
Menurut Hasan, berdasarkan penelitiannya, skema kemitraan antara UMKM kuliner dengan platform OFD tidak menggerus keuntungan mitra UMKM meski ada potongan per transaksi yang harus dibayarkan ke platform selaku penyedia layanan.
Para UMKM kuliner tetap mengalami keuntungan secara finansial (97,7 persen) dan omzetnya tetap naik (93,3 persen).
"Berbeda dari narasi yang sebelumnya beredar di masyarakat, UMKM kuliner yang kami survei menyatakan ada tiga keuntungan utama yang mereka dapatkan dari biaya komisi yang mereka bayar, yaitu program promosi, subsidi ongkir, serta manfaat dari pengembangan platform," ujar Hasan.
Ketiganya dianggap memberikan dampak yang signifikan dalam peningkatan omzet penjualan UMKM kuliner. Lebih lanjut, Hasan menyampaikan penelitian juga menelaah mengenai platform OFD yang dianggap memberikan paling banyak keuntungan bagi mitra UMKM kuliner.
Hasilnya, GoFood dari Gojek menduduki posisi pertama, diikuti oleh GrabFood dari Grab dan Shopee Food dari Shopee. Menurut para mitra UMKM kuliner yang disurvei, GoFood tetap lebih unggul dibanding platform lainnya, antara lain pada aspek ‘pengembangan platform yang semakin baik’, ‘membuat bisnis mereka paling efisien’, ‘menawarkan program pelatihan kewirausahaan’, ‘memiliki biaya layanan (komisi) paling adil’, serta ‘platform yang paling sering digunakan untuk membuat promo mandiri’. Selain itu, GoFood dan GrabFood bersaing ketat pada aspek ‘layanan bantuan mitra’.
"Hampir seluruh mitra UMKM kuliner (96,5 persen) yang disurvei menyatakan akan terus melanjutkan kemitraan dengan platform OFD, karena mereka mengatakan sudah merasakan langsung manfaat dari kemitraan bersama platform OFD. Bahkan, 1 dari 3 mitra UMKM kuliner akan secara aktif merekomendasikannya kepada sesama pelaku UMKM kuliner lainnya," kata Hasan.
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan riset kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan pada Agustus hingga Oktober 2022, melalui wawancara tatap muka terhadap 1.948 responden UMKM kuliner yang bermitra dengan platform OFD seperti GoFood, GrabFood dan Shopee Food di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan.
Baca juga: Peneliti: Layanan pesan makan daring perlu regulasi keamanan pangan
Baca juga: Mayoritas pengguna layanan pesan-antar makanan millenial dan Gen Z
Baca juga: Riset: GoFood pilihan utama, ShopeeFood beri harga paling kompetitif
Baca juga: Riset: Layanan pesan-antar makanan akan tetap tinggi pascapandemi
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: