Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore menguat menyusul indikasi perlambatan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).

Rupiah ditutup menguat 22 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp15.665 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.687 per dolar AS.

"Dolar AS melemah di tengah pasar yang mempertimbangkan notula rapat terakhir Federal Reserve yang menunjukkan meningkatnya jumlah anggota yang mendukung perlambatan laju kenaikan suku bunga," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Rupiah menguat usai rilis risalah pertemuan bank sentral AS

Notula rapat The Fed yang dirilis semalam menunjukkan bahwa bank sentral menjadi semakin khawatir atas dampak pengetatan kebijakan moneter baru-baru ini terhadap ekonomi dan inflasi.

Bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 375 basis poin (bps) pada tahun ini, dengan kenaikan empat kali beruntun sebesar 75 bps.

Saat ini pasar mengantisipasi hampir 80 persen peluangnya bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunganya menjadi relatif lebih kecil menjadi 50 bps pada Desember nanti.

Baca juga: Dolar turun di Asia karena selera risiko membaik setelah risalah Fed

Namun, pelaku pasar perlu mewaspadai masih memburuknya kasus COVID-19 di Tiongkok setelah pemerintah memberlakukan pembatasan baru di beberapa kota besar pada bulan ini dibalik meningkatnya kasus harian.

Memburuknya kasus COVID-19 di Negeri Tirai Bambu berpotensi memicu permintaan terhadap dolar AS yang merupakan aset safe haven yang likuid.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp15.640 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.634 per dolar AS hingga Rp15.667 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis menguat ke posisi Rp15.647 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.700 per dolar AS.