London (ANTARA) - Indeks harga konsumen (consumer prices index/CPI) Inggris naik 11,1 persen dalam kurun 12 bulan hingga Oktober 2022, meningkat dari sebelumnya 10,1 persen pada September.

Angka itu mencatat rekor tertinggi dalam 41 tahun, tunjuk data statistik pada Rabu (23/11).

Meskipun pemerintah Inggris telah meluncurkan paket dukungan tagihan energi, harga gas dan listrik memberikan kontribusi kenaikan terbesar pada perubahan tingkat inflasi tahunan, menurut Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics/ONS) Inggris.

Selama setahun terakhir, harga gas naik hampir 130 persen, sementara harga listrik naik sekitar 66 persen, kata ekonom kepala ONS Grant Fitzner. Kenaikan harga untuk berbagai jenis makanan juga mendorong inflasi.

Kenaikan-kenaikan tersebut sebagian diimbangi oleh harga bahan bakar kendaraan. Meskipun rata-rata harga bensin turun pada Oktober, harga solar naik, hingga mencatatkan rekor selisih harga tertinggi di antara kedua bahan bakar tersebut, kata Fitzner.

Kenaikan harga pangan dan energi lebih berpengaruh pada tingkat inflasi yang dialami oleh rumah tangga berpendapatan rendah, yang membelanjakan proporsi lebih besar dari keseluruhan pengeluaran mereka untuk membeli makanan dan energi dibandingkan dengan rumah tangga berpenghasilan tinggi, urai ONS.

"Meskipun plafon harga energi yang lebih tinggi mendorong inflasi ke level yang lebih tinggi lagi, ada tanda-tanda bahwa kita sedang mencapai puncaknya," tutur ekonom kepala Alpesh Paleja di Konfederasi Industri Inggris (Confederation of British Industry).

"Tekanan harga global tampaknya mereda, dan sejumlah proyeksi memperkirakan bahwa inflasi dapat turun dari angka dua digit menjadi angka satu digit yang tinggi sepanjang 2023," imbuh Paleja.