Jakarta (ANTARA) - Di pabrik milik Shenzhen Dimai Biotechnology Co., Ltd. yang terletak di Distrik Guangming, Kota Shenzhen, China selatan, para staf sedang sibuk merakit dan menguji coba peralatan Diagnostik In Vitro (IVD), yang siap dikemas dan dikirim ke berbagai negara, termasuk beberapa negara Asia Tenggara.

"Produk kami dijual ke 120 lebih negara dan kawasan. Tahun ini kami mencatat nilai impor-ekspor sebesar 270 juta yuan (1 yuan = Rp2.194). Khususnya untuk ekspor ke Thailand dan Malaysia, nilainya masing-masing meningkat lebih dari 100 persen. Sementara nilai ekspor ke Indonesia dan Vietnam juga meningkat lebih dari 40 persen secara tahunan (year on year/yoy)," kata Dai Huanqiu, wakil manajer umum untuk bisnis luar negeri dari perusahaan Dimai.

Kesuksesan Dimai merupakan salah satu contoh keberhasilan perdagangan Shenzhen dengan negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Dengan memanfaatkan keunggulan geografisnya yang berdekatan dengan negara-negara Asia Tenggara, Shenzhen, yang merupakan pusat teknologi dan innovasi China, makin mempererat hubungan perdagangan dengan ASEAN, dan kerja sama kedua pihak mencapai keberhasilan yang menonjol.

Perdagangan peralatan medis dan produk-produk elektromekanis menjadi salah satu sektor utama baru dalam impor-ekspor Shenzhen dengan ASEAN. Shenzhen mengimpor suku cadang dalam jumlah yang besar untuk manufaktur produk elektromekanis dari Thailand dan Indonesia serta negara-negara lain, dan mengekspor sejumlah produk mutakhir ke negara-negara ASEAN.

Salah satu contohnya, Shenzhen Xinlikang Supply Chain Management Co., Ltd. baru-baru ini mengimpor 100.000 komponen elektronik dari Thailand, yang sudah diperiksa oleh bea cukai Shenzhen dan dikirim ke pabriknya.

"Industri manufaktur perlengkapan elektronik membutuhkan banyak komponen. Tahun ini kami mengimpor komponen elektronik dari Thailand dan Indonesia yang nilainya mencapai lebih dari 1,4 miliar yuan, meningkat sekitar 17 persen secara tahunan," menurut Chen Ming dari perusahaan tersebut.
Selain sektor-sektor baru, sektor perdagangan tradisional antara kedua pihak seperti buah-buahan dan sayuran juga berkembang pesat, berkat Pelabuhan Teluk Shenzhen dan Bandar Udara Internasional Bao'an Shenzhen serta pihak-pihak lain yang mengimplementasikan langkah-langkah untuk memfasilitasi perizinan bea cukai dan meningkatkan efisiensi logistik


Menurut Chen Miaodong, manajer urusan bea cukai dari Guanglin Customs Declaration Service Co., Ltd. di Shenzhen, negara-negara ASEAN menjadi pasar impor paling penting bagi perusahaannya, khususnya saat buah lengkeng, manggis, dan durian memasuki musim puncak untuk diperdagangkan. "Kami mengimpor buah-buahan itu dengan total lebih dari 3.000 ton per bulan," kata Chen.

Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) mulai berlaku pada awal tahun ini. Perdagangan Shenzhen dan negara-negara anggota RCEP, termasuk ASEAN, diharapkan akan berkembang makin pesat dan membuahkan lebih banyak hasil nyata.