Beijing (ANTARA) - Rendahnya tingkat vaksinasi penguat COVID-19 di kalangan warga lanjut usai di Beijing, China, menjadi faktor yang melatari munculnya tiga kasus kematian dalam dua hari berturut-turut pada lonjakan kasus terkini.

"Persentase vaksinasi lengkap di antara warga berusia 60 tahun ke atas yang terinfeksi relatif rendah. Kurang dari 30 persen lansia 80 tahun ke atas yang terinfeksi telah menerima vaksin booster," kata Deputi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) Kota Beijing, Liu Xiaofeng, kepada pers, Rabu.

Beijing sedang mengalami situasi sulit dalam menghadapi lonjakan COVID-19 terkini yang sudah mencapai lebih dari 3.000 kasus positif. Dalam dua hari berturut-turut pada Sabtu dan Minggu, tiga pasien COVID-19 berusia lanjut meninggal dalam perawatan di RS Ditan, Beijing.

Pada Selasa (22/11) sore di Beijing terdapat 634 kasus baru, sebanyak 135 kasus ditemukan di kawasan permukiman.

Baca juga: China dikejutkan kematian akibat COVID-19 kala pengetatan nol kasus

Chaoyang, distrik terluas yang menjadi pusat bisnis, kompleks diplomat, dan kawasan permukiman orang asing, di Beijing, menjadi episentrum lonjakan kasus terkini di Ibu Kota.

Otoritas Kota Beijing mulai Kamis (24/11) mewajibkan hasil tes negatif COVID-19 dalam 48 jam terakhir bagi orang-orang yang hendak mendatangi tempat hiburan, pusat bisnis, pusat perbelanjaan, hotel, restoran, objek wisata, dan pusat keramaian lainnya.

Sebelumnya hasil tes negatif PCR berlaku dalam 72 jam.

Bagi orang yang hendak bepergian ke Beijing wajib melakukan tiga kali tes selama tiga hari sebelum keberangkatan.

Otoritas setempat juga menjamin ketersediaan bahan kebutuhan pokok, seperti daging, telur, dan sayur.

Beberapa kawasan permukiman yang terkena penguncian wilayah (lockdown) juga mendapatkan jatah sayur-sayuran mentah secara cuma-cuma.

Baca juga: Kasus kematian COVID-19 di China bertambah, Beijing lockdown parsial
Baca juga: COVID makin merajalela, Guangzhou tambah 240 ribu tempat tidur