Badan Geologi: Bebatuan tak solid perkuat guncangan gempa Cianjur
22 November 2022 19:13 WIB
Tangkapan layar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Hendra Gunawan dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (22/11/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi menyatakan bahwa karakteristik bebatuan yang ada di bawah bangunan sekitar kawasan terdampak tidak cukup solid sehingga membuat guncangan gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, semakin kuat.
“Tanah atau batuannya kurang terkonsolidasi karena batuannya relatif muda. Di mana bila terjadi suatu gempa, ini akan memperkuat efek dari guncangan gempa,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Hendra Gunawan dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Badan Geologi: Cianjur masuk kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi
Hendra mengatakan, selain dikarenakan bebatuan yang masih muda, berdasarkan hasil pemetaan Badan Geologi melalui PVMBG, Kabupaten Cianjur merupakan salah salah satu daerah dengan tingkat kerawanan gempa bumi tinggi.
“Terlebih informasi dari BMKG, sumber gempanya merupakan gempa bumi dangkal yang tidak jauh dari patahan aktif sesar baribis, sehingga tidak heran kalau cukup terdampak oleh guncangan dari gempa,” katanya.
Menurut dia, Badan Geologi akan terus mencari penyebab pasti terjadinya gempa tersebut.
Baca juga: Endapan kuarter perkuat efek guncangan gempa di Cianjur
Hanya saja, saat ini tenaga ahli di bidang gempa bumi yang dimiliki Badan Geologi belum cukup seimbang untuk menangani keseluruhan wilayah terdampak. Dengan demikian, pihaknya akan melakukan kolaborasi dan bersinergi bersama pihak-pihak terkait untuk memperkuat penanganan mitigasi.
“Hal ini menjadi misi Badan Geologi secara umum untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak yang bisa memperkuat dalam penanganan mitigasi baik dengan BRIN maupun akademisi, mengingat jangkauan pekerjaan khususnya di bidang gempa bumi atau longsor di seluruh Indonesia dengan tenaga ahli belum cukup seimbang,” ujar dia.
Sembari mencari tahu lebih pasti terkait penyebab dan dampak berkelanjutan dari gempa bumi itu, ia bersama tim akan melakukan pemetaan daerah berdasarkan tingkatan risiko rendah atau tinggi melalui beberapa metode yang berkaitan dengan pergerakan tanah.
Baca juga: BMKG prediksi gempa di Cianjur terulang setiap 20 tahun
“Banyak metode-metode yang bisa dieksplorasi ke depannya, sehingga bisa mengantisipasi gerakan tanah termasuk dalam hal ini early warning system untuk gempa bumi,” katanya.
“Tanah atau batuannya kurang terkonsolidasi karena batuannya relatif muda. Di mana bila terjadi suatu gempa, ini akan memperkuat efek dari guncangan gempa,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Hendra Gunawan dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Badan Geologi: Cianjur masuk kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi
Hendra mengatakan, selain dikarenakan bebatuan yang masih muda, berdasarkan hasil pemetaan Badan Geologi melalui PVMBG, Kabupaten Cianjur merupakan salah salah satu daerah dengan tingkat kerawanan gempa bumi tinggi.
“Terlebih informasi dari BMKG, sumber gempanya merupakan gempa bumi dangkal yang tidak jauh dari patahan aktif sesar baribis, sehingga tidak heran kalau cukup terdampak oleh guncangan dari gempa,” katanya.
Menurut dia, Badan Geologi akan terus mencari penyebab pasti terjadinya gempa tersebut.
Baca juga: Endapan kuarter perkuat efek guncangan gempa di Cianjur
Hanya saja, saat ini tenaga ahli di bidang gempa bumi yang dimiliki Badan Geologi belum cukup seimbang untuk menangani keseluruhan wilayah terdampak. Dengan demikian, pihaknya akan melakukan kolaborasi dan bersinergi bersama pihak-pihak terkait untuk memperkuat penanganan mitigasi.
“Hal ini menjadi misi Badan Geologi secara umum untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak yang bisa memperkuat dalam penanganan mitigasi baik dengan BRIN maupun akademisi, mengingat jangkauan pekerjaan khususnya di bidang gempa bumi atau longsor di seluruh Indonesia dengan tenaga ahli belum cukup seimbang,” ujar dia.
Sembari mencari tahu lebih pasti terkait penyebab dan dampak berkelanjutan dari gempa bumi itu, ia bersama tim akan melakukan pemetaan daerah berdasarkan tingkatan risiko rendah atau tinggi melalui beberapa metode yang berkaitan dengan pergerakan tanah.
Baca juga: BMKG prediksi gempa di Cianjur terulang setiap 20 tahun
“Banyak metode-metode yang bisa dieksplorasi ke depannya, sehingga bisa mengantisipasi gerakan tanah termasuk dalam hal ini early warning system untuk gempa bumi,” katanya.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: