Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko merasa heran dengan tipisnya ukuran tempe saat meninjau pasokan dan harga berbagai komoditas di Pasar Tos 3000 Batam, Kepulauan Riau, Selasa.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, Moeldoko sempat bertanya-tanya mengapa ukuran tempe di pasar tersebut cukup tipis.

"Kok di sini tempenya tipis begini?" tanya Moeldoko kepada seorang pedagang tempe.

"Kedelainya mahal, Pak," jawab pedagang tempe itu.

Moeldoko mengakui sampai saat ini ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai masih besar, sehingga saat situasi dunia bergejolak seperti sekarang ini membuat harga kedelai meroket dan Indonesia terkena imbasnya.

"Kondisi ini membuat produsen mengakali kualitas tempe agar harga jual tidak memberatkan pembeli," tambahnya.

Kunjungan Moeldoko di Pasar Tos 3000 Batam untuk memastikan ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga komoditas pangan di pasaran. Dia menegaskan persoalan tingginya harga kedelai menjadi perhatian serius Pemerintah.

Menurut dia, Presiden Joko Widodo dalam sidang kabinet telah memerintahkan untuk memperluas area tanam kedelai dengan memanfaatkan lahan-lahan yang saat ini tidak produktif.

Baca juga: Moeldoko buka lahan baru untuk pertanian di Pulau Singkep

Sebagai tanaman sub-tropis, lanjutnya, kedelai tidak sulit ditanam di seluruh wilayah Indonesia, terlebih saat ini banyak varietas baru yang lebih mudah untuk dibudidayakan.

"Yang perlu dibangun adalah semangatnya. Semangat untuk menanam kembali kedelai. Nah, sekarang ini momentumnya sangat baik karena harga kedelai sedang tinggi, selain itu juga bisa menjadi penyeimbang dari kebutuhan impor," kata Moeldoko.

Kunjungan kerja Moeldoko ke Kepulauan Riau bertujuan untuk mencari lahan-lahan produktif yang bisa dialihfungsikan menjadi sektor pertanian. Hal itu sebagai bentuk tindak lanjut atas arahan Presiden Joko Widodo terkait penguatan ketahanan pangan.

Sebelumnya, Senin (21/11), Moeldoko membuka lahan baru untuk pertanian di Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Lahan baru seluas 86 hektare tersebut awalnya berupa rawa atau lahan genangan air yang dialihfungsikan menjadi lahan sawah.

Pembukaan lahan baru ditandai dengan penanaman padi varietas lokal Lampung yakni Christal 04 yang memiliki masa tanam hingga panen selama 110 hari, dengan potensi panen sebanyak 3 hingga 5 ton per hektare.

"Pembukaan lahan-lahan baru ini agar pertanian kita tidak hanya mengandalkan pulau Jawa," kata Moeldoko.

Baca juga: Moeldoko ingatkan Mentan optimalkan cuaca tingkatkan produksi pangan
Baca juga: Moeldoko: Langkah Indonesia sudah sangat jitu cegah krisis pangan