Pekanbaru (ANTARA) - Dua warga Kota Pekanbaru, Provinsi Riau usia di bawah 16 tahun dinyatakan meninggal dunia akibat serangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Pasien demam berdarah yang tidak segera diberi penanganan akan mengalami berbagai komplikasi serius, kerusakan pembuluh darah dan kelenjar getah bening yang dapat menyebabkan pendarahan hingga bisa mengakibatkan kematian," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Zaini Rizaldy Saragih di Pekanbaru, Selasa.

Dikatakan, demam berdarah disebabkan oleh virus dari keluarga Flaviviridae dan ada empat serotipe virus yang menyebabkan demam berdarah. Virus ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi, terutama nyamuk Aedes aegypti.

Penyakit demam berdarah yang ringan dapat menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan kasus terjadi akibat perubahan musim.

"Apalagi saat ini dalam musim penghujan, menyebabkan perkembangbiakan nyamuk demam berdarah sangat cepat pada iklim seperti ini," katanya.

Zaini menyebutkan pada pertengahan November 2022 kasus DBD di Kota Pekanbaru mencapai 755 kasus. Angka ini tergolong tinggi, terdapat kasus meninggal dunia sebanyak dua orang.untuk kasus tertinggi berada pada Kecamatan Marpoyan Damai 113 kasus, Kecamatan Tuah Madani dengan 96 kasus. Kecamatan Sukajadi 45 kasus, Kecamatan Senapelan 33 kasus, Pekanbaru Kota 13 kasus, Limapuluh 35 kasus.

Lalu, Kecamatan Sail 15 kasus, Kecamatan Bukit Raya 47 kasus, Kecamatan Payung Sekaki 92 kasus, Kecamatan Bina Widya 60 kasus, Kecamatan Tenayan Raya 81 kasus. Kemudian, di Kecamatan Kulim 6 kasus, Kecamatan Rumbai 76 kasus, dan Rumbai Barat 11 kasus, serta Kecamatan Timur 32 kasus.

Zaini mengimbau pasien harus cepat mendapat penanganan medis agar bisa segera disembuhkan. Pencegahan awal dalam DBD pasien harus banyak minum air putih. Pasien bisa minum obat penurun panas dengan dan kompres kepala dengan air dingin.

"Bila memang kondisi tidak ada perubahan, bisa segera menghubungi dokter, guna mendapat penanganan medis," katanya.

Zaini mengimbau masyarakat bisa mengendalikan perkembangan nyamuk dengan menerapkan 3M plus, yakni menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, menguras bak air hingga menaburkan bubuk abate di penampungan air.

Selain itu Dinkes Pekanbaru juga menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Mereka juga siap menindaklanjuti dengan memberikan layanan kesehatan kepada pasien DBD.
Baca juga: Dinkes: Selama Januari, sudah 31 warga Pekanbaru terserang DBD
Baca juga: Saat pandemi COVID-19, DBD di Pekanbaru-Riau capai 112 kasus
Baca juga: 422 warga Kota Pekanbaru terserang DBD, 5 meninggal dunia