Salah seorang warga Tanjungraya, Kuto (56) di Lubukbasung, Senin, mengatakan setiap hari sekitar 60 sampai 80 ton ikan yang dia dapat.
"Ikan saya olah dan dijemur. Sebagian orang ada yang menjual ke pedagang yang ada di lokasi itu," katanya.
Ia mengatakan ikan yang ditangkap itu dalam kondisi kekurangan oksigen dampak angin kencang dan curah hujan tinggi melanda daerah itu semenjak beberapa hari lalu.
Baca juga: Kerugian petani Danau Maninjau Rp1,26 miliar akibat kematian ikan
Baca juga: Menjaga selusur Maninjau, ikan danau yang dilindungi di Agam
Dengan kondisi kekurangan oksigen, ikan mengapung untuk mencari oksigen ke permukaan dan ikan cukup jinakBaca juga: Kerugian petani Danau Maninjau Rp1,26 miliar akibat kematian ikan
Baca juga: Menjaga selusur Maninjau, ikan danau yang dilindungi di Agam
"Ikan mengapung cukup banyak dan sangat jinak, sehingga banyak warga menangkap ikan," katanya.
Sementara Penyuluh Perikanan Lapangan Agam, Asrul Deni Putra menambahkan hampir di seluruh tepian danau vulkanik itu terlihat ikan mengapung dan warga sekitar danau menangkap ikan tersebut.
Kondisi itu terjadi sejak Sabtu (19/11) dan puncaknya pada Ahad (21/11).
"Warga menangkap dengan alat tangkap ikan tradisional dan ada juga menggunakan jala," katanya.
Ia mengakui, sekitar lima ton ikan tertangkap warga setiap harinya dan ikan itu dijual ke pedagang sekitar Rp5 ribu sampai Rp10 ribu per kilogram.
"Ikan dibawa ke pasar tradisional di Sumbar," katanya.*
Baca juga: Kematian ikan secara massal di Danau Maninjau akibat belerang
Baca juga: Ikan mati di Danau Maninjau bertambah, petani rugi hingga Rp2,6 miliar
Baca juga: Kematian ikan secara massal di Danau Maninjau akibat belerang
Baca juga: Ikan mati di Danau Maninjau bertambah, petani rugi hingga Rp2,6 miliar