Jakarta (ANTARA) - Santripreneur Indonesia melalui ajang Santripreneur Award 2022 memberi penghargaan kepada tiga orang santri dari sejumlah daerah yang dianggap telah mendedikasikan diri dalam bidang wirausaha berbasis pesantren.

Inisiator sekaligus Ketua Dewan Pembina Santripreneur Indonesia K.H. Ahmad Sugeng Utomo mengatakan ajang penghargaan yang telah memasuki tahun kedelapan atau sewindu penyelenggaraan ini selalu memiliki perubahan yang mendasar pada setiap tahunnya.

"Kalau tahun ini kita lebih melihat kesiapan dalam menghadapi proses globalisasi di bidang ekonomi, persaingan yang begitu ketat sehingga santripreneur itu harus benar-benar punya daya saing," kata Gus Uut, sapaan akrabnya, saat dijumpai wartawan di Muamalat Tower, Jakarta, Senin (21/11) malam.

Gelaran Santripreneur Award tahun ini mengundang sembilan nomine terpilih yang sudah mengikuti berbagai macam seleksi, mulai dari seleksi berkas, verifikasi online, interview, hingga penjurian tahap akhir.

Dari kesembilan nomine itu kemudian terpilih tiga pemenang utama, masing-masing M. Rofi'ul Ulum dari Lumajang, Jawa Timur, dengan usaha CV Bintang Songo Indonesia (produksi plywood) untuk kategori industri perdagangan dan jasa pemenang, Wiko Puji Susanto dari Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dengan nama usaha Tarunaku Fishsnack untuk kategori kuliner, dan M. Umar Hamdan dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, dengan nama usaha Rotan Jepara untuk kategori kreatif.

Melalui ajang penghargaan ini, tambah Gus Uut, Santripreneur Indonesia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa santri juga dapat berkontribusi dalam pengembangan ekonomi pesantren, masyarakat, bahkan nasional. Gerakan ini juga ingin menunjukkan bahwa santri tidak hanya bisa mengaji, namun juga berbisnis.

Gus Uut menambahkan bahwa santri memiliki kemampuan berwirausaha yang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dari beragamnya sektor usaha yang diminati para santri.

Ia juga mengingatkan bahwa pemerintah seharusnya dapat lebih berfokus kepada santri mengingat jumlah mereka cukup banyak, yaitu sekitar enam juta orang.

Menurut Gus Uut, jumlah yang besar itu merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi pengusaha-pengusaha baru atau wirausaha yang tanggap dan siap menghadapi globalisasi.

Gus Uut pun mengajak para santri untuk menjadi wirausahawan unggul dengan memanfaatkan peluang yang besar, mengingat saat ini persentase kewirausahaan nasional baru mencapai sekitar 3,47 persen.

"Padahal kita untuk masuk menjadi negara maju harus sampai ke 4 persen (persentase kewirausahaan nasional). Ini adalah peluang yang sangat kuat buat santri-santri di seluruh penjuru dunia untuk bersama-sama mengisi kekuatan Indonesia agar Indonesia menjadi bagian dari negara maju," kata Gus Uut.