Dosen Pertanian Unsri ajak warga budidaya sayuran sistem terapung
19 November 2022 18:58 WIB
Prof. Benyamin didampingi kandidat doktor pertanian meluncurkan buku budidaya sayuran terapung, di Palembang, Sabtu (19/11/2022) (ANTARA/Yudi Abdullah/22)
Palembang (ANTARA) - Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan, Profesor Benyamin Lakitan mengajak masyarakat melakukan budidaya sayuran dengan sistem terapung menggunakan pot dan rakit.
Untuk membantu masyarakat melakukan budidaya sayuran terapung, disiapkan buku sebagai panduan terkait kegiatan budidaya tersebut, kata Prof. Benyamin ketika meluncurkan buku kedua mengenai budidaya sayuran terapung, di Palembang, Sabtu.
Dia menjelaskan, melalui buku tersebut, masyarakat bisa mempelajari sejarah budidaya sayuran terapung, dan tanaman sayuran untuk budidaya terapung.
Kemudian mempelajari cara pengembangan rakit terapung, serta prospek budidaya sayuran terapung.
Baca juga: Epidemiolog Unsri dorong pemerintah perketat prokes COVID-19
Baca juga: Tim PPM Unsri Palembang latih guru program sekolah penggerak
Budidaya tanaman sayuran secara terapung bukanlah sesuatu yang baru karena cara ini sudah dilakukan masyarakat sejak abad ke-11, era prakolonial Meksiko, di permukiman suku Nahua, Culhuacan, kawasan lembah Meksiko.
Cikal bakal budidaya sayuran terapung di Indonesia terinspirasi dari kegiatan yang sudah dilakukan petani untuk pembibitan padi secara terapung di rawa lebak wilayah timur Pulau Sumatera serta wilayah tengah dan selatan Pulau Kalimantan.
Namun, hingga kini budidaya sayuran terapung belum meluas aplikasinya di Tanah Air sehingga mendorong dirinya untuk membuat buku agar bisa mengedukasi dan memotivasi masyarakat.
Mengenai tanaman sayuran apa saja yang cocok untuk budidaya terapung, Benyamin menjelaskan, tanaman sayuran yang lebih diutamakan untuk budidaya terapung pada dasarnya adalah tanaman terestrial yang tidak mungkin untuk dibudidayakan pada saat lahan lebak tergenang air.
Tanaman sayuran yang patut menjadi pilihan utama untuk budidaya terapung adalah tanaman yang memenuhi kriteria teknis seperti ukuran kanopi sayuran yang relatif kecil dan bobotnya juga ringan sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas dan tidak menjadi beban yang berat untuk rakit apung.
Siklus budidaya atau produksinya singkat hanya membutuhkan beberapa pekan untuk dapat dipanen sehingga dalam periode satu tahun dapat dilakukan minimal enam kali panen.
Tanaman sayuran daun yang dapat dibudidayakan secara produktif menggunakan sistem budidaya terapung antara lain kangkung darat, berbagai macam jenis sawi, seledri, selada, swiss chard, caisim, kubis, dan brokoli.
Sedangkan tanaman sayuran buah yang tumbuh baik pada sistem budidaya terapung seperti cabai, terung, dan tomat, katanya.
Menurut dia, budidaya sayuran secara terapung akan menjadi realitas yang dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus tumbuh.
Kecenderungan yang pasti adalah ketersediaan lahan daratan untuk kegiatan pertanian makin lama makin berkurang baik karena konversi lahan pertanian menjadi lahan untuk berbagai kebutuhan sosial kemasyarakatan atau rusak akibat cemaran berbagai jenis bahan kimia.
Dengan mengembangkan budidaya sayuran secara terapung tidak ada alasan bagi masyarakat terutama yang tidak memiliki lahan daratan untuk menanam berbagai jenis tanaman sayuran daun dan buah serta dapat mendukung program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang digagas Gubernur Herman Deru, kata Prof.Benyamin.*
Baca juga: SemInar nasional PUR-PLSO Universitas Sriwijaya hadirkan ratusan pakar
Baca juga: LPPM Unsri fasilitasi penelitian dosen di tujuh kabupaten Sumsel
Untuk membantu masyarakat melakukan budidaya sayuran terapung, disiapkan buku sebagai panduan terkait kegiatan budidaya tersebut, kata Prof. Benyamin ketika meluncurkan buku kedua mengenai budidaya sayuran terapung, di Palembang, Sabtu.
Dia menjelaskan, melalui buku tersebut, masyarakat bisa mempelajari sejarah budidaya sayuran terapung, dan tanaman sayuran untuk budidaya terapung.
Kemudian mempelajari cara pengembangan rakit terapung, serta prospek budidaya sayuran terapung.
Baca juga: Epidemiolog Unsri dorong pemerintah perketat prokes COVID-19
Baca juga: Tim PPM Unsri Palembang latih guru program sekolah penggerak
Budidaya tanaman sayuran secara terapung bukanlah sesuatu yang baru karena cara ini sudah dilakukan masyarakat sejak abad ke-11, era prakolonial Meksiko, di permukiman suku Nahua, Culhuacan, kawasan lembah Meksiko.
Cikal bakal budidaya sayuran terapung di Indonesia terinspirasi dari kegiatan yang sudah dilakukan petani untuk pembibitan padi secara terapung di rawa lebak wilayah timur Pulau Sumatera serta wilayah tengah dan selatan Pulau Kalimantan.
Namun, hingga kini budidaya sayuran terapung belum meluas aplikasinya di Tanah Air sehingga mendorong dirinya untuk membuat buku agar bisa mengedukasi dan memotivasi masyarakat.
Mengenai tanaman sayuran apa saja yang cocok untuk budidaya terapung, Benyamin menjelaskan, tanaman sayuran yang lebih diutamakan untuk budidaya terapung pada dasarnya adalah tanaman terestrial yang tidak mungkin untuk dibudidayakan pada saat lahan lebak tergenang air.
Tanaman sayuran yang patut menjadi pilihan utama untuk budidaya terapung adalah tanaman yang memenuhi kriteria teknis seperti ukuran kanopi sayuran yang relatif kecil dan bobotnya juga ringan sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas dan tidak menjadi beban yang berat untuk rakit apung.
Siklus budidaya atau produksinya singkat hanya membutuhkan beberapa pekan untuk dapat dipanen sehingga dalam periode satu tahun dapat dilakukan minimal enam kali panen.
Tanaman sayuran daun yang dapat dibudidayakan secara produktif menggunakan sistem budidaya terapung antara lain kangkung darat, berbagai macam jenis sawi, seledri, selada, swiss chard, caisim, kubis, dan brokoli.
Sedangkan tanaman sayuran buah yang tumbuh baik pada sistem budidaya terapung seperti cabai, terung, dan tomat, katanya.
Menurut dia, budidaya sayuran secara terapung akan menjadi realitas yang dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus tumbuh.
Kecenderungan yang pasti adalah ketersediaan lahan daratan untuk kegiatan pertanian makin lama makin berkurang baik karena konversi lahan pertanian menjadi lahan untuk berbagai kebutuhan sosial kemasyarakatan atau rusak akibat cemaran berbagai jenis bahan kimia.
Dengan mengembangkan budidaya sayuran secara terapung tidak ada alasan bagi masyarakat terutama yang tidak memiliki lahan daratan untuk menanam berbagai jenis tanaman sayuran daun dan buah serta dapat mendukung program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang digagas Gubernur Herman Deru, kata Prof.Benyamin.*
Baca juga: SemInar nasional PUR-PLSO Universitas Sriwijaya hadirkan ratusan pakar
Baca juga: LPPM Unsri fasilitasi penelitian dosen di tujuh kabupaten Sumsel
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: