Gaza, Palestina (ANTARA) - Para warga yang berduka membanjiri Gaza pada Jumat (18/11) ketika mereka mengusung jenazah 21 orang, yang tewas dalam kebakaran di sebuah kompleks apartemen, sebelum pemakaman.

Kebakaran terjadi di lokasi itu, tempat para warga berencana merayakan seorang kerabat yang pulang ke rumah.

Sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah anggota keluarga Abu Rayya. Delapan anak termasuk di antara para korban jiwa.

Jasad-jasad mereka dibalut dengan bendera Palestina dan dibawa ke masjid untuk dishalatkan sebelum dimakamkan di Taman Pemakaman Syuhada, di timur kamp pengungsi Jabalia.

Baca juga: Israel setujui gencatan senjata dengan Gaza setelah serangan mematikan

Kelompok Islamis Hamas, yang memerintah Jalur Gaza sejak 2007, memakamkan para korban dengan upacara militer.

Ke-21 jenazah itu merupakan para korban kebakaran di lantai teratas sebuah gedung hunian bertingkat empat di Jabalia, salah satu dari delapan kamp pengungsi di Jalur Gaza.

Kamp-kamp tersebut berada di salah satu kawasan paling padat penduduk di dunia dan menampung 2,3 juta orang.

Para petugas menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk mengendalikan kebakaran hebat di lantai itu.

Belum ada kejelasan soal bagaimana kebakaran itu bisa sampai terjadi karena tidak ada korban yang selamat dalam tragedi itu, kata Abu Ahmad Abu Rayya, kepala keluarga besar tersebut.

"Seorang ayah, anak-anaknya, dan cucu-cucunya, tidak ada yang keluar dari sana dalam keadaan selamat sehingga tidak ada yang dapat menceritakan kepada kami apa yang terjadi," kata Abu Rayya kepada kerumunan orang.

Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan pihaknya telah meluncurkan penyelidikan atas kejadian itu.

Menurut penyelidikan, ada banyak bensin yang disimpan di lokasi tersebut sehingga kemungkinan mengobarkan api yang kemudian dengan cepat melalap gedung tersebut.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut peristiwa itu sebagai tragedi nasional dan menyatakan Jumat sebagai hari berkabung.

Sejumlah negara Arab, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Uni Eropa menyampaikan pernyataan duka cita bagi keluarga para korban.

Beberapa pejabat Palestina mengatakan blokade yang berlangsung selama hampir 15 tahun di Gaza telah melumpuhkan perekonomian.

Blokade juga disebutkan merongrong upaya meningkatkan kemampuan lembaga kedaruratan sipil untuk menangani kebakaran, terutama di gedung-gedung bertingkat tinggi.

Israel dan Mesir masih memberlakukan penghadangan di sepanjang perbatasan mereka dengan wilayah perairan tersebut atas alasan kekhawatiran bahwa pemerintahan Gaza dijalankan oleh Hamas.

Sumber: Reuters

Baca juga: Israel lancarkan serangan udara ke Gaza
Baca juga: Potret Timur Tengah: Parkur di tengah puing-puing di Gaza